Nafsualuamah, amarah, supiah, mutmainah. Dan, mulhimah yang menjadi pemberi arah. Sedulur papat limo pancer ageming amanah. Dalam diriku ada sifat dan watak dasamuka. Tamak, rakus, serakah penuh angkara murka. Berangasan, merasa paling kuat sakti digjaya. Dalam diriku ada sifat dan watak Kumbakarna. Nafsupositip yaitu nafsu ” mutmainah “, dan nafsu negatip yaitu; nafsu “aluamah”, “hamarah” dan “sufiah” Seh Amongraga mengajarkan agar kita selalu mempergunakan nafsu positip dengan selalu menuntut ilmu, rajin bekerja, sholat, puasa dan lain-lain seperti apa yang diperintahkan Allah dalam Al’Quran. Angka4 (empat/papat), menurut kepercayaan Jawa manusia mempunyai empat saudara: mutmainah (putihnya air), amarah (merahnya darah), supiah (kuningnya angin) dan aluamah (hitamnya tanah). Ongko 4= (Papat) , dununge manungso due sedulur papat, atau mungkin dapat juga diberi nama keblat papat. Maknadari kiblat papat limo pancer ini dapat juga diartikan sebagai 4 macam nafsu manusia dalam tradisi jawa: marah (emosi), aluamah (nafsu lapar), supiah (memiliki sesuatu yang bagus), dan mutmainah (memaksa diri). Keempat nafsu ini adalah empat hal yang kita taklukkan selama berpuasa, jadi dengan memakan ketupat, disimbolkan bahwa kita sudah Kiblatpapat diartikan sebagai empat macam nafsu manusia, yaitu amarah nafsu emosional, aluamah nafsu serakah, supiah nafsu yang selalu menginginkan serba indah, dan mutmainah nafsu yang terlalu mengutamakan kebajikan. Keempat nafsu ini ditaklukkan dengan berpuasa, lima pancer. Vay Nhanh Fast Money. LIMBUK mesam-mesem tersenyum sendiri saat memarut singkong untuk dibuat lemet. Tampaknya ada yang lucu di benaknya. Gelagat tak biasa itu menjadi perhatian Mak Cangik yang saat itu juga sedang meracik menu berbuka puasa. Batin Limbuk menggumam fenomena bergesernya suasana dan nuansa yang dulu serba religius tulen setiap bulan puasa, tetapi kini terasa lebih dominan pada ritual konsumtifnya. Zaman berubah, termasuk dalam menyambut bulan penuh berkah. “Ada apa Nduk genduk, kok senyum-senyum sendiri?” tanya Cangkik. “Hati-hati, nanti tangannya terparut!” “Nggak apa-apa kok, Mak. Cuma bawaannya mau tertawa sendiri melihat perilaku masyarakat setiap bulan puasa tiba.” “Maksudnya yang mana?” Limbuk mengatakan, setiap bulan puasa makanan dan minuman berlimpah. Dari menjamurnya penjual takjil di jalan-jalan saat matahari mulai condong ke barat hingga toko kecil sampai besar serta pasar swalayan yang menjajakan bahan makanan bergunung-gunung. Di sisi lain, masyarakat selalu menyambut dengan adat khusus. Seperti sudah menjadi keharusan selama bulan Ramadan mesti ada sajian berbuka yang tidak biasa, yang serba segar dan nikmat. Euforia berpesta terasa di mana-mana. “Banyak warga yang pagi-pagi sudah merancang menu berbuka. Ngenak-ngenake, membuat makanan-minuman spesial. Anggaran rumah tangga jadi meningkat.” Di kota-kota, banyak warga yang jauh-jauh hari booking tempat di restoran untuk berbuka. Antrean panjang juga mengular di rumah-rumah makan favorit untuk mendapat giliran berbuka. Bahkan, tidak jarang terjadi pertengkaran sesama pelanggan hanya karena memperebutkan kursi dan meja makan. “Kan, ramai dan gayeng ta, Nduk,” ujar Cangik sambil tersenyum. “Iya, Mak, meriah abis.” Belum lagi, lanjutnya, soal aktivitas berbuka bersama. Ini kebiasaan yang sudah menjamur di mana pun. Ingar-bingar Ramadan lebih banyak dilukisi dengan ritual-ritual’ yang terkonsentrasi’ pada urusan isi perut. “Apa ada yang salah, Nduk?” “Ya, bagaimana kalau melihat kenyataan itu, Mak. Salah sih, ya nggak juga. Tapi, mohon maaf, kesannya berpuasa kok nafsu aluamahnya malah ngambra-ambra tak terkendali. Padahal, berpuasa itu, katanya, meper menahan segala hawa nafsu.” Limbuk juga bercerita tentang kebiasaan temannya setiap menjelang berbuka. Rekannya itu gemar membeli atau kadang membuat bermacam-macam menu berbuka menuruti imajinasi kenikmatan lidah. Tapi, ketika waktu berbuka tiba, banyak yang tidak terkonsumsi sehingga mubazir. Cangik tidak membantah celotehan putri semata wayangnya itu. Ia merasakan saat ini memang berbeda dengan zaman dahulu. Ketika dirinya masih muda, tidak ada kebiasaan merayakan Ramadan dengan menggelorakan urusan perut, ora ilok tidak pantas. Perempuan paruh baya itu mengenang, kala itu kebiasaan semua warga berbuka dengan menu apa adanya, tanpa perlu mengada-ada. Nuansa keprihatinan ibadah begitu merasuk sehingga setiap warga tampak begitu istikamah menjalankan kewajibannya berpuasa. Benak abdi dalem Istana Amarta itu mencari jawaban, mungkinkah perubahan ini karena terkait dengan kondisi ekomoni masyarakat yang dulu serba terbatas, sedangkan kini serba terjangkau. “Ah… kiranya bukan itu penyebabnya,” pikirnya. Menurut Limbuk, akibat polah masyarakat yang konsumtif pada setiap bulan puasa, harga hampir semua bahan makanan melonjak. Puncaknya terjadi beberapa hari menjelang Lebaran. Kondisi ini terus berulang setiap tahunnya. “Coba renungkan, Mak. Bulan puasa kok jumlah kebutuhan makanan malah melonjak. Menurut nalar, mestinya berkurang karena berpuasa itu maknanya juga mengurang-ngurangi. Ini juga lucu kan, Mak.” Konsekuensinya, setiap menjelang Ramadan tiba, pemerintah mesti menjamin ketercukupan semua bahan makanan. Konon, hal itu harus dilakukan juga untuk menjaga ketenangan serta kekhusyukan umat menjalankan ibadah puasa. Cangik memang mendapati hampir semua bahan makanan di pasar-pasar harganya naik. Bahkan, untuk bahan pangan tertentu harganya melangit. Tampaknya semua sudah menganggap kondisi seperti itu merupakan kewajaran. “Nduk, tadi kamu menyinggung nafsu aluamah. Setahumu apa itu?” “Mak kan sudah paham!” Menurut piwulang almarhum bapaknya, Limbuk menjelaskan, aluamah adalah nafsu yang menimbulkan keinginan makan dan minum berlebihan. Pengabdi nafsu aluamah tandanya gemar makan-minum yang enak-enak dan tidak pernah puas. Mendengar keterangan Limbuk, Cangik tersenyum dan manggut-manggut. “Malah seharusnya, berpuasa itu bukan hanya mengendalikan nafsu aluamah saja, Nduk, tetapi juga nafsu-nafsu lainnya.” “Nafsu lainnya itu apa, Mak?” Selain aluamah, kata Cangik, ada nafsu amarah dan supiah. Amarah adalah keinginan selalu marah dan mudah tersinggung, sedangkan supiah adalah nafsu gandrung keindahan yang juga menimbulkan berahi tanpa batas kepuasan. Tiga nafsu itu mesti dikendalikan, bukan hanya ketika Ramadan, tetapi sepanjang hayat. Masih ada satu lagi, lanjutnya, yakni mutmainah. Nafsu ini mengandung kesabaran dan menimbulkan keinginan membantu orang atau pihak lain. Nafsu ini yang mesti terus diaktualkan dan dikembangkan, tetapi tetap dalam kendali. “Intinya, Nduk, hidup ini mesti dijalani dengan berpuasa. Maksudnya, hidup ini harus dalam kendali diri. Jangan sebaliknya, hidup dikuasai oleh nafsu karena sesungguhnya nafsu itu menjerumuskan,” wanti-wantinya. Selanjutnya Cangik mengajak semuanya untuk berpuasa dengan benar. Berpuasa bukan sekadar menahan haus-lapar dan hawa nafsu yang lain sejak pagi hingga matahari terbenam, tetapi mesti menyerap hakikatnya. “Jangan sampai berpuasa hanya kewajiban simbolik. Ibadah ini harus benar-benar diniatkan dan dijalankan sesuai dengan ajarannya sehingga setiap umat menjadi insan-insan yang sehat jasmani dan rohani.” M-2.... PORTAL PEKALONGAN - Ngaji Laku kali ini akan membahas mengenai hakikat Sedulur Papat Limo Pancer, berikut penjelasan selengkapnnya yang dijelaskan oleh Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket pada artikel ini. Kalian penasaran mengenai hakikat Sedulur Papat Limo Pancer pada Ngaji Laku kali ini Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket akan menjelaskannya agar wawasan kita bertambah. Den Juneng Suhu Padepokan Carang Seket pada sesi Ngaji Laku kali ini akan menjelaskan mengenai hakikat Sedulur Papat Limo Pancer. Baca Juga Ngaji Laku Padepokan Carang Seket, Sedulur Papat Limo Pancer 'Saudara Empat Lima Pancer' Ego State Setiap manusia di dunia ini semenjak dilahirkan memiliki saudara gaib yang menyertainya. Kalau dalam kepercayaan agama di sebut jin. 4 saudara manusia itu adakah 4 sifat yang mengikuti manusia dari lahir sampai mati 1. Aluamah hitam atau nafsu serakah, tamak dan lain sebagainya 2. Amarah merah atau nafsu brangasan, emosi dan lain sebagainya 3. Supiah kuning atau nafsu pamer, sex dan lain sebagainya Di puncak Gunung Rawun, berada di wilayah Banyuwangi, di tepi pantai Selat Bali, Raden Jayengsari dan Niken Rancangkapti yang sedang mencari kakaknya, Raden Jayengresmi, bertemu dengan seorang Perempuan Pendeta, Dewi Tan Timbangsih. Keduanya, mendapatkan ajaran mengenai 'nafsu-nafsu manusia', yang kemudian dituturkan sebagai berikut, dalam Serat Centhini bab 75 adalah sebuah cerita,dari Hadist Marqum Baslam,dengan bahasa kiasan agarbisa menjadi pengingat-ingat,jika kau mengetahuinya, kau akan cerita mengenai nafsu kehidupan Aluamah,Adalah Raja Mutmainah Sang Prabu Mulia panggilan cerita dalam wahyu,negaranya bernama Lupa Kebaikan,tak satupun punya ia di dunia raya satupun yang berani raya kan bisa hanya berbala saja bala tentara tanpa Mutmainah kekuasaannya,meski tak mempunyai saudara,tak mempunyai prajurit satupun,ia memiliki restu dan kemudian yang kita uraikan,adalah tiga raja yang sangat sangatlah Maharaja Aluamah,Maharatu Supiyah adalah para pahlawan memiliki prajurit yang tiada makhluk yang ada di muka butir pasir di raja itu pun keluar,maka keluar pulalah para wadyabala,meruyak segera memenuhi bumi,solah tingkahnya aneka rupa,Rakyana Patih Memuja-celaka,Tumenggung Ngomong-bohong,Panji Brani-jahil pun Wira-tenung, Rangga Taktahu-malu,Ngabei Brani-malu pun muncul,Ngabei Pengkhianat menghadap,Ki Demang Mulut-kotor, Ki Demang Rajin-malu,dan Ki Demang Males-malesan-tidur-mulu pun hadir,juga Lurah Tak-punyaotak, menghadap juga,beserta Kyai Lurah berada di adiknya, Raja Amarah,juga kepada para pemimpinnya,bagaimana yang menjadi kehendak hendak angkat senjata perang,merangsek ke negeri Raja segera hancurlah kerajaan itu,tak ada lagi yang melihat dan tak ada yang mengucapkannya lagi,karena keperkasaannya adiknya berkata,“Jika memang demikian kehendak Raja,segera kita mendatanginya, kita remuk,biar tumpas habis sekalian.”Demikianlah sesudah semuanya berfikirdan menyetujui Sang Raja Aluamah,“Jika sudah demikian keputusannya,jangan sampai menjadikan juga adikmu sekalian,ya dinda Ratu Supiyah, jangan lupaajaklah semua prajuritmu.”Segera raja Amarah memerintahuntuk memberangkatkan prajuritnya,yang beristanakan di hatiyakni ati puat’ tempatnya,yang menguasai iri-dengki atas segala sifat dari Ratu Supiyah pun memanggiljuga Ni Tumenggung Ngintip-terus,Nyai Nempel, Nyai Pemberi wangi-wangi,Keluar dari hati maknawi,ialah kepura-puraan kepengin pada banyak hal,mempengaruhi agar berhasrat segera pada Patih Pemangku-celaka,beserta Tumenggung Arya-ngabei,beserta para pendukungnya keluar dari hati-siri,sembarang yang ingin dimakan,karenanya kemudian tabiatnyamenjadi pelupa untuk pekerjaan Aluamah ialah hitam belaka,dan nafsu Supiyah bercahayamengotori keheningan berada di dari kesempurnaan ialah sabar, menerima,tawakal, beriman, selamat,itulah yang akan ditaklukkanBergumuruh suaranya memenuhi jagat raya,demikian barisannya dipecah menjadi tigadalam perintah Raja amarah dan keras Amarah mempunyai lubangtelinga yang kasar dan kotor,centang-perenang di dalamnya tak karuan,tapi juga bocor tak bisa menerima, atautuli tiada bisa mendengar dari mata yang melirak-lirik,dengan keinginan yang serba mereka tiba di istana hati sanubari,segera dikepung bagai buaya mangap,rapat dan tiada celah pun menjadi panglima perangPara Patih Perempuan gagah perkasa,ampuh dalam setiap biasanya merusak agama,menghancurkan perbuatan baik,menggagalkan orang pekerjaan mulia,karenanya banyak orang terjebak kejahatankarena tingkahnya hari menggagalkan pekerjaan baik,dan tidak boleh ada yang tertata semuanya untuk menggempurmengepung negerinya dari segala sisi,maka segera diciptanya bala prajurit,Para Bupati dan punggawa,berbaris lengkap beserta Patih Sabar-maklum di depan,Arya Sederhana, Arya Berbudi,Rangga Tawakal dan Demang Pandai,Lengkap semuanya Sang Raja Mutmainah tenang,“Eh, bagaimana kehendakmu ini,datang musuh tiada terbilang banyaknya,merusak hati yang saleh.”berkata, “Inggih, marilah segeradalam kehendak untuk memerangi.”Berkata Prabu Mutmainah, “Iya, baiklah,perang melawan pihak yang kafir.”Kemudian berangkatlah barisan, perlahankeluar melalui hidung segera merapatkan barisan,dan mereka pun ayal, terjadilah perang pupuh,saling adu pukul, baku-hantam,Yang bupati melawan bupati, prajuritMangku-blai melawan Rahayu-budi,Angkaramurka musuh Ithmi’nanan,Suka-tidur dan Betah-melek ramai,Doyan-makan melawan Jahil melawan Sederhana,Ki Iri-hati melawan Juru-Sombong melawan Ki Menerima,Bergantian yang unggul dan kalah,Tak pernah akur setiap yang kalah prajuritnya yang berperang,Perang berlarut tanpa ada yang menang dan kalah,Begitu banyaknya raksasa, tak bernama Watakburuk,juga Penyiksa dan Tak-kuat-lapar,juga Si Bingung-menapaki-hidup,juga Jaka Gendeng dan Tak-punya-ingatanSegera mereka diminta majuRaja Aluamah perintahnya,“orang satu lawanlah sebanyaknya bisa,keroyok satu orang dengan dua-tiga orang,kerubut empat sekalian, biar lekas mati,hingga semua segera sirna,jangan ada yang bisa memungutbinatang bernama patut kerjaannya merusak Sombong,Segeralah tumpas habis dalam perang.”Segera bertandang para nafsu raksasa,penuh kemarahan gerak-geriknya,mengeroyok enam, tujuh, delapan,menghantam, menindih, menelikung,makin sempit diberakoti semakin habis bala prajurit kesucian dimangsamenjadi santapan para lega hati mengangguk-anggukTak ada lagi prajurit terlihat,demi melihat hancurnya bala prajurit,bertkad melawan hingga sebagian ulama berpendapat,ialah yang disebut di dalam nukat ialah sebagai sarana itu sudah senyatanya,Wujud Allah ialah Dzat Allah,ialah dua-duanya yang sebagai kalam manusia dan juga ia budi,meski tidak kuasa memerintah di dalam dan di luar,bagaikan emas dan tembagadicampur dijadikan satu dalam wadah,menjadi Suwasa, seperti logam emas,manusia dan budi budi terdiri nafsu empat cerminan manusia untuk kehati-hatian kalian,jika salah maka ia akan membuat berwatak dipenuhi keburukanjika berkawan perilaku buruk, maka kalian tunduk kepada Allah,maka akan menemu selamat kesejahteraan yang lahiriah,melainkan di dalam ukuran jika ilmu kalian belum mencapainya,akan selalu riuh berhiaskan aneka-rupa,agar orang-orang akan dalam iman yang sudah istijab,dalam bicaramu mesti ilmu pengetahuan, agarselepas dari seluruh pemikiran, ialahkemuliaan budi yang mukawahdah takabul dalam kenyataan, wallahu’ kembali musnahnya para prajurit,iapun kemudian mengadakan manusia ia haruslah baik,membendung musuh manusia harus berbuat celaka,Maka tak urung akan kalah perang,Jika yang menjadi tujuan ialah surga,manusia yang tajam dalam budi,yang akan mendapatkan berkah sejati,iaa pasti akan kuat melawan,sekali pun harus sakit atau mati selagi hidup,tidak dapat dipastikan menciptakan keberuntungan buruk,sebanding dengan keberuntungan yang kalian pilih?Sebegitupun semua sudah dipastikan,yang menang dalam peperangan, danyang akan kalah dalam perang,semuanya adalah milik sekedar apa yang semuanya itu diterima,agar kuatlah kalian berperang,jangan engkau takut mati,perkasa dan teguhlah dalam engkau menjadi raja,Kuat sebagai prajurit Mutmainah pun segra ke medan memakai pakaian kemuliaan,Ikat kepalanya ialah Sarak-Syariat,penguatnya Kekhusyu’an Doa,berkeris sinjang panjang Tafakur,memakai terompah kendaraan bernama Nafas,bernafas dengan pengetahuannya,cambuknya hanya satu ialah Tinggalkan,kuda yang menariknya Selalu-ingat,dengan kendali Iman-tauhid,tutup dahinya ialah Makrifat,ranjang tidur tetaplah dengan cambuknya,tidak cengeng dan khawatir,melawan begitu banyak musuh,semuanya tak ada yang mundur,dikerubut berapa juta pun,tidak kan takut karena mati,karna keyakinan esok menemu dan cermat menggunakan senjata,pusaka Cemethi Sombong-tak-terkira dan Pengkhianat,Si Sungkan dan Doyan-jahil pula Buruk-susila danPengumbar-syahwat musuh kini telah kemudian Raja Aluamah,sesudah prajuritnya kalah,ia berkata kepada dua adiknya,“Bagaimana ulah kesaktian kalian?”“Bagaimana jika kita keroyok bertiga saja?”Setelah diputuskan demikian,maka mereka pun bersiap kepalanya ialah Tidak Ingat,memakai kain jarit Tak Percaya Hukum,bercelanakan panjang Sia-sia,dengan bacaan Jelas-bohong, dengan keris dengan warna hati terbakar gosong,dengan kendali Ogah Kebaikan,dengan ikat-tali Sombong-maksa,tali di atas leher Hamburkan Apa-saja,berpelana Tinggalkan-berbakti,pijakan naik bernama Dengki dan bersifat bernama Doyan-ngomong,dengan tutup dahi Lagak-kaya,dengan sesumbarnya Lupa-tuhan,tanganny selalu tudang-tuding,berkata bahwa dirinya yang berkuasa,aku si manusia tanpa akal, pembuat sudah saling berhadapan,peperangan para pemimpin,ramai dalam peperangan itu,dalam perang itu ia dikerubut tiga,di depan dan kanan-kirinya,Mutmainah berupaya membingungkanterkena tombak berkali-kali,atau dengan cara tak bisa lagi masih kukuh dengan tanpa sela,sembari berteriak, “Matilah kamu,Tak mungkin lagi kau tiada takut sakit dan mati.”percaya pada keyakinannya,semoga dikuatkan dalam peperangan ini,Amarah, atau pun Supiyah. Segera setelahmendapat berkah, segera ia pada sasaran ia memukul,Sang Raja Amarah menolongnya,tapi terkena cambuk tulang-hidungnya,terjungkal jatuh di Supiyah menolongnya,tercambuk pula wajahnya dan tiga raja itu,Lama kemudian barulah terbangun.“Bagaimana atas kehendakmu,apakah engkau meminta kematianmu?Jika kau pinta, kubinasakan kalian.”Ketiga Raja itu pun menjawab,“Sekehendak hati Paduka, adakahJika boleh, tentu kamu memohon hidup.”Sang Raja Suci tersenyum,“Bagus sekali kata-katamu,keinginanmu meminta hidup.”Dicambuknya lagi kepala ketiga Aluamah, Amarah, danRatu Supiyah semuanya pun warga dari tiga-raja itu,membongkar isi seluruh negeri,betapa istananya begitu istananya dari tembaga istananya dari berada di gapura istana,berdiri dalam tembang yang berada di dalam puri,para isteri dan anak-anak,mereka bertangis-tangisan,para estri di dalam puri,akhirnya mereka kan jadi isteri semuanya menjerit,berada di puri Hati Limpa Kecil,semuanya diboyong jadi satu,bagai ikan pindang sebagai dua putrinya yang cantik,satu puteri dari Raja Aluamah,yang satunya anak Raja Amarah,Bercahaya bagaikan pun yang menjadi namanyaSang Ratna Ayu Salasiyah,Sedangkan yang lebih muda, Dewi berduka hatinya,menangis dengan menekan dada,“Aduh, Ayahnda, hamba ikut serta,siapa yang kan hamba sembah?”melihat para keluarga tiga raja, raja pun bertemu dengan kedua puteri,keduanya menangis sesenggukan,demikian juga suaramu kan terganggu,“Lah, untungnya masih ada aku,janganlah kalian sedih berlebihan,yang bagai purnama maya!”membuka mata dan melihat,lelaki tampan gagah perkasa di sangat dengan cahaya berkilau,ketika bertemu pandang, berdesir hati,dua puteri itu kalah suara antara isak tangis,Dewi Rifai memberi isyarat“Kita mundur saja, tak ada guna berunding,meski kita menjadi tawanan,jangan dianggap gampang.”Maka keduanya pun kemudian pergi,bagai bulan purnama tersaput jeritan tangis,mengharap sang ayah yang sudah pada dua puteri itu,dan mengikutinya dari ia bersabda,“Berhentilah sejenak ratu pepujian,duh, bunga-bunga anugrah,jika sudah kehendak Suksma,diganjar oleh kemarahan dan kecantikan,bagaimana kau akan aku bersabung nyawa,jika kalah maka akulah yang tiada,semuanya sudah kehendak Suksmaialah bercampurnya rahmat dan wahyu,bertemu dalam hidayat, petunjuk kemudian tangis dua puteri,setelah duduk dengan baik,“Wahai Sang Raja Mutmainah,jangan mengampangkah tingkah,sekali pun seluruh tubuhkunamun sudah kepupus pasti,karena menjadi permintaanku,kepada andika, Sang Raja,jika menyanggupi keinginanku,aku kan turut serta jika tidak, aku tidakkan sudi!”Raja Mutmainah pun berkata,“Apakah yang pinta dariku?Sang Ratna Ayu pun berkata,“Hidupkan kembali ke-tiganya sekalian,ialah ayah kami yang sudah kembali yang telah kau ialah anugrah kehidupan.”mendengar permintaan kedua puteri,ia pun terlihat bingung ia berkata pelan,“Bagaimana sudah kemurahanhatiku,sudah demikianlah sifat prajurit,Semuanya sudah kehendak Allah,atas kedua ayahmu yang telah mati,mereka akan merajalela, merusak agama,melampiaskan hawa nafsu.”Sang Dyah pun kemudian menyahut,“Jika demikian, kau belum semuanya jagat durhaka kepada Allah,jika tidak engkau pula, kami berdua tak hendak“Meski demikian, Juwitaku,iya memang tak berkuasa aku,sebab aku hanyalah mendapatkan ijin Allah,Ayo, segeralah kita ke sana,bagaimana ayah kalian hidup kembali.”Kemudian mereka mendatangiKembali pecah suara tangis Dyah kepada Hyang Widhi,tercipta angin dan kukusan,anginnya ialah Hayatullah,Kukusnya ialah kukusan apa keinginannyadi dalam kukus terdapat nasibarulah terlihat hidungnya merekahdan hangatnya secukupnya,kemudian terasa berdenyar,kemudian perlahan mati pun hidup kembali,Mereka pun kemudian duduk menghadapMaharaja Mutmainah pun bersabda,“Kepada kalian ke-tiga raja,“Heh, Aluamah, engkau jugasekarang kalian sudah hidup kalian masih murtad?terserah pada kehendak Allah,dikehendaki sakit atau mati,hamba hanya bisa bersedia,tak mempunyai kehendak satu pun.”berkata, “Jika engkau sudahMaka menurutlah pada kehendakku,Aku yang akan memberimu makan,tak akan kuberi kebebasan,demikian pula kedua harta pampasan perang negeri Raja cita, amatlah setengahnya hadist yang mengatakanPertama, manusia yang betah melekKedua, yang betah bertapa, prihatin,mencegah makan dan yang sabar dan yang ke-empat ialah,yang betah mengajarkan ilmu,meningkatkan terus ilmunya,akan bisa menguasai diri,Merekalah akan mendapat besarnya sajalah ceritanya,tak usah diceritakan bagaimanapertemuan antara lelaki dan perempuandan hanya merangsang nafsu,memudarkan hati yang tawakaluntuk bisa memangku iman. Lebih lengkapnya bisa dibaca dalam buku "Serat Centhini Dwi Lingua" Jilid 1 tebal 655 halaman, lengkap dalam teks asli berbahasa Jawa dan terjemahan Indonesia oleh Sunardian Wirodono, yang maafkan, proses percetakannya masih menghadapi masalah pendanaan, karena diproses melalui sistem indie-label, dan masih sangat menanti hadirnya para pembeli buku itu untuk ongkos ganti cetak. Tapi, direncanakan tanggal 4 Maret 2011 akan di launching di Yogyakarta. Harga per-buku + ongkos kirim Rp dengan cara memesan melalui email sunardianwirodono atau yayasanwiwara Ke empat yang disebut dalam judul posting ini adalah unsur-unsur lahiriah yang membentuk kejadian manusia Adam. Ke empat unsur itu adalah Tanah lambang dari Nafsu Muthmainah, Angin lambang dari Nafsu Lawwamah, Api lambang dari Nafsu Amarah, Air lambang dari Nafsu Sufiyah.Konsep pelajaran tentang empat unsur pembentuk kejadian Manusia ini, dalam Islam pun sebetulnya setiap hari sudah dipraktekkan secara ritual lahiriah setiap Muslim pada saat ia sedang Shalat maaf kalau aku meminjam dari konsep Islam.Cobalah perhatikan apabila seorang Muslim sedang melalukan Ritual akan melakukan upacara gerak lahiriah yang terdiri dari empat adegandan dilakukan secara periodik yang di dalam Islam disebut Raka'at. Satu raka'atselalu dilakukan empat model Sikap-Sikap Tubuh yang kalau disimak lagi miripdengan keadaan huruf Arab, contohnya 1. Amarah = Alif = Tubuh Yang Berdiri,2. Lawamah/Aluwamah= Lam = Tubuh Yang Ruku,3. Sufiyah/Supiyah = Mim = Tubuh Yang Sujud,4. Muthmainah = Dal = Tubuh Yang Duduk/ untuk mudahnya cobalah kita simak adegan shalat dalam Islam - Saat Berdiri = Alif Ajarannya ".... Jagalah Dirimu dari Yang Berdiri di dalam dirimu. Apakah Yang Berdiri di dalam diri kita? Nafsu Amarah yang dilambangkan seperti simak Api, unsur yang satu ini selalu inginnya mengarah Ke atas tidak pernah mau ke bawah. Biar pun seorang Tukang Las mengarahkan ujung alat Lasnya ke bawah, pastilah ujungnya akan mengarah ke dan pelajaran apa yang dapat kita petik di sini? Yakni bahwa di dalam diri kita ada nafsu Amarah yang sifat dasarnya selalu ingin "ke atas" saja. Tentu saja sifat ini ada positif dan negatifnya. Positifnya ia tidak pernah mau tunduk kepada siapa pun termasuk Iblis, ia hanya tunduk kepada Allah Yang Maha Kuasa. Negatifnya ia menjadi sombong, merasa paling kuasa,merasa paling hebat, di dalam segala hal. Cabang nafsu ini adalah ia pemarah, pembenci, tidak suka mendapat saingan dari mana pun datangnya. Nah ... jagalah diri kita dari perasaan dan sifat negatif dari nafsu Amarah. Arahnya lebih kepada sifat INGIN KUASA/ Saat Ruku' = Lam Ajarannya " .... Jagalah Dirimu dari Yang Ruku/Yang Datar di dalam Yang Ruku/Datar di dalam diri kita? Nafsu Lawamah/Aluawah yang dilambangkan seperti Angin. Cobalah simak Angin, unsur yang satu ini selalu ingin nya mengarah ke segala arah, tidak pernah bisa diam, karena memang Angin itu kebalikannya Tanah, he-he-he. Mirip Api kebalikannya Air bukan!? Angin yang jalannya mendatar itu kalau dihadang oleh sesuatu benda, maka ia akan berbelok, baik melalui kiri-kanan atau atas-bawah benda itu. Gayanya Ia selalu ingin mengisi seluruh ruangan. Kalau bisa seluruh ruangan itu isinya dia ini dalam diri kita tampil pada sifat Serakah/Rakus, terutama kalau dalam ketubuhan kita adalah nafsu lapar inginnya makan melulu. Kalau di luar ketubuhan kita adalah nafsu ingin menguasai ada pula sifat positifnya ia RAJIN selalu ada di Saat Sujud = Mim Ajarannya "..... Jagalah Dirimu dari Yang Tunduk di dalam Yang Tunduk di dalam diri kita? Nafsu Sufiah/Supiyah yang dilambangkan seperti Air. cobalah simak Air, unsur yang satu ini selalu inginnya mengarah ke bawah kebalikan dari Api. Ia selalu mengalah saja, dilandasi oleh sifat Kasih Sayang yang dominan dalam dirinya. Positifnya sifat mengalah ini adalah MENGALAH, namun negatifnya adalah pengumbaran rasa Kasih Sayang yang salah arah, sehingga mengumbar nafsu birahinya sampai di luar batas. "Jajan ke mana-mana, padahal sudah punya istri". Ajarannya adalah pengendalian terhadap nafsu BIRAHI kita, harus kita kendalikan sekuat mungkin, baik terhadap istri kita sendiri, tubuh kita sendiri tidak onani, apalagi kalau diumbar kepada orang lain, walau pun sama-sama suka. Larangan Allah dalam Islam sesungguhnya lebih berat dari yang dibolehkan, yakni Jangan Dekati Zina, bukan saja Jangan Saat Duduk = Dal maafkan kalau huruf Dal dilatinkan jadi salah penulisannya!. Ajarannya "..... Jagalah Dirimu dari Yang Duduk/Yang Diam di dalam Yang Diam di dalam diri kita? Nafsu Muthmainah yang dilambangkan seperti Tanah. Cobalah simak Tanah, unsur yang satu ini selalu inginnya DIAM/sabar. Kelewat sabar sampai dikerjain seperti apapun ia tetap bisa SABAR/Diam saja. Coba simak Tanah, sudah dipacul, diinjak-injak tetap diam saja, selalu NERIMO,Tenaga Sabar dan Pasrahnya bukan main hebatnya, sehingga nafsu ini disebut dalam Al-Qur'an sebagai Nafsu Yang Tenang/Jiwa Yang Tenang, padahal harusnya tenang kalau sudah Kenal Allah. Kadang disebut sebagai Nafsu pemersatu, karena ialah yang dapat menyatukan semua nafsu di dalam diri kita, wallahu 'alam! Negatifnya apabila seseorang dikuasai oleh nafsu Muthmainah yang berlebihan adalah MALAS. Malas bekerja, Malas belajar, Malas Shalat dan malas yang lain-lain semua nafsu yang dilambangkan dengan empat unsur pembentuk kejadian Manusia ini,saling menolak dan membantu. Oleh sebab seorang Manusia dijadikan dari Tanah, Angin,Air dan Api, maka kita selalu akan membutuhkan ke empat unsur ini dalam hidup harus makan dari hasil Tanah, kita harus menghirup Udara dalam bernapas, kita amat perlu Air, kita amat perlu akan sinar matahari dan api untuk memasak ke empat nafsu ini pun saling menaklukkan satu dengan lainnya, maka karenainilah timbul konsep dalam Tasawuf Sang Ruh itu adalah Laki-Lakinya, sedang Jasad itu yang dikuasai oleh ke empat nafsu adalah Perempuannya. Esensinya adalah Ruh kita harus mampu menguasai-mengendalikan Nafsunya yang Empat yang diibaratkan 4 orang Manusia baik lelaki dan perempuan di dalam dirinya ada unsur RUH yg dilambangkan Pria/Laki-Laki yang memimpin Nafsu ada 4 yang dilambangkan Wanita/ di sini Sang Ruh harus adil artinya ia mampu memadukan menaklukkan keempatnafsu-nafsu di dalam dirinya. Jadi bukan dalam arti Lahiriah seorang Pria memimpin Wanita sehingga seorang istri harus tunduk bongko'an kepada suaminya. Itu penafsiran yang salah! Yang benar adalah SANG RUH ITU MEMIMPIN KE EMPAT NAFSUNYA DENGANADIL, sesuai dengan ayat dalam Al-Qur'an yang bunyinya sebagai berikut "... Kawinilah perempuan-perempuan yang kamu sukai, dua, tiga dan empat, tetapi kalaukamu kuatir tidak dapat berlaku adil, hendaklah satu saja, itu lebih dekat kepada kelurusan".Pengertian ayat di atas ini lebih sering dipakai oleh orang-orang yang mementingkan nafsu lahiriahnya di bidang berahi untuk membolehkan mengawini perempuan sebanyak empat orang bahkan ada yang sampai sembilan orang. Wong adil terhadap satu orang istri saja kita belum tentu mampu, sok kawin empat atau lebih perempuan, he-he-he sungguh menggelikan dan kelewat batas, kita sebagai manusia ini!

aluamah amarah supiah mutmainah