5 Penggunaan Akhiran yang Tidak Baku. Kita seringkali mengucapkan kata "menetralisir", "mengkoordinir", dan sebagainya. Dalam bahasa Indonesia, tidak ada akhiran "-ir" seperti itu. Yang adalah hanyalah akhiran "-isasi" yang merupakan serapan dari bahasa Inggris. Jadi, penulisan kedua kata di atas yang benar adalah "menetralisasi" dan
KajianStruktur Dan Etnopedagogik Tradisi Nyalin Di Desa Sidamulya Kacamatan Cisaga Kabupaten Ciamis Untuk Bahan Ajar Bahasan Budaya Sunda Di Sma. Kecap Serapan Basa Sunda : Ulikan Étimologi, Morfologi, Jeung Grafologi. Makna Interpersonal Dalam Wacana Interaksi Keluarga : Kajian Linguistik Sistemik-Fungsional.
Analisiskesalahan berbahasa adalah suatu teori yang dipergunakan untuk menganalisis bahasa antara (interlanguage) pembelajar bahasa. Analisis kesalahan berbahasa merupakan usaha untuk membantu tercapainya tujuan belajar bahasa pembelajar dengan mengetahui sebab-sebab dan cara mengatasi kekeliruan berbahasa yang mereka lakukan dalam proses
DjawaPost. Saat itu The Chung Shen hanyalah seorang pegawai bagian iklan sebuah bioskop di Surabaya. Karena setiap hari dia harus memasang iklan bioskop di surat kabar, lama-lama ia tertarik untuk membuat surat kabar sendiri. Setelah sukses dengan Jawa Pos nya, The Chung Shen mendirikan pula Koran berbahasa Mandarin dan Belanda. Bisnis The Chung
D Penyimpangan Bahasa Iklan dan Contoh Analisis Kesalahan Bahasa Iklan. Terdapat beberapa penyimpangan bahasa iklan dari kaidah bahasa Indonesia baku, yakni: 1. Penyimpangan Klerikal (Ejaan dan Tanda baca) Kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai di dalam surat kabar, baik media cetak maupun. media elektronik seperti iklan di televisi.
Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. 0% found this document useful 0 votes925 views10 pagesCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes925 views10 pagesAnalisi Kesalahan Bahasa IklanJump to Page You are on page 1of 10 You're Reading a Free Preview Pages 5 to 9 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
This research aim is to describe the discourse error of the advertising products in Indonesia. There are several ads; food, drinks, beauty soaps, and others. This research uses descriptive method through two stages; data collection and data analysis. The subject research advertising products are written in textual discourse form and the object research is the discourse error of the advertising products in Indonesia. The results of this study found; 1 data referencing error usage, 2 data recovery use errors substitution, 1 data ineffectiveness discourse because there's no dissolution of discourse construction, 1 data conjunction error, 1 data incoherent discourse, 2 error data that deviate from Indonesian language rules, and 2 data ambiguities. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ISSN 2541-3252 Vol. 5, No. 2 Sep. 2020 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan BAHTERA INDONESIA Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DI BIDANG WACANA DALAM IKLAN PRODUK - PRODUK INDONESIA Dicky Restu Tomo 1, Dewi Azizah Damaryanti 2, Oktavia Dhiya Rofifah 3, M. Wian Arifana 4 1Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, dickyrestut 2Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, dezahdamaryanti 3Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan, oktaviadhiyarofifah 4Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan m1700003140 ABSTRACT The purpose of this study is to describe the mistakes of Indonesian language in the field of discourse on the advertising of products in Indonesia. The ads analyzed are food ads, drinks, beauty soaps, and others. This research uses descriptive method through two stages namely the stage of data collection and data analysis. The chosen research subject is advertising Indonesian products using written language. While the object is the analysis of errors in the Indonesian language in the field of discourse. The results obtained from this study were found 1 data referencing error usage, 2 data recovery use errors substitution, 1 data ineffectiveness discourse because there is no impregnation, 1 data conjunction error, 1 data incoherent discourse, 2 error data that deviate from Indonesian language rules, and 2 data on force / ambiguity. Keywords Language error, discourse, advertising. ABSTRAK Tujuan penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa Indonesia di bidang wacana pada iklan produk - produk di Indonesia. Iklan yang dianalisis adalah iklan makanan, muinuman, sabun kecantikan, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang melalui dua tahap yaitu tahap pengumpulan data dan analisis data. Subjek penelitian yang dipilih yaitu iklan produk-produk Indonesia yang mengguanakan bahasa tulis. Sedangkan objeknya yaitu analisis kesalahan berbahasa Indonesia di bidang wacana. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah ditemukan sebanyak 1 data kesalahan penggunaan pengacuan, 2 data kesalahan penggunaan penyulihan substitution, 1 data ketidakefektifan wacana karena tidak ada pelesapan, 1 data kesalahan konjungsi, 1 data wacana tidak koherens, 2 data kesalahan yang menyimpang dari kaidah Bahasa Indonesia, dan 2 data ketaksaan/ambiguitas. Kata kunci Kesalahan berbahasa, wacana, iklan. How to Cite Restu Tomo, D., Azizah Damaryanti, D., Dhiya Rofifah, O., & Wian Arifana , M. 2020. ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA DI BIDANG WACANA DALAM IKLAN PRODUK - PRODUK INDONESIA. Bahtera Indonesia; Jurnal Penelitian Bahasa Dan Sastra Indonesia , 52, 192-203. ISSN 2541-3252 Vol. 5, No. 2 Sep. 2020 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia BAHTERA INDONESIA Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia DOI PENDAHULUAN Bahasa merupakan sebuah alat yang memudahakan manusia sebagai mahluk social untuk berkomunikasi, bahasa berarti sistem yang mempunyai lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang / anggota kemasyarakatan untuk saling bekerjasama, berinteraksi, dan saling mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yg baik, tingkah laku yang baik, dan sopan santun yang baik juga Alwi, 2002 88 . Bahasa dibedakan menjadi dua yaitu bahasa tulis dan lisan, kaitanya dengan kegiatan memasarkan produk-produk dalam bentuk bahasa tulis teks yaitu iklan. Penguasaan berbahasa yang dapat menarik minat pembeli serta dapat bersaing dengan produk pesaing menjadi elemen yang sangat penting dalam iklan. Pada sebuah iklan adanya bahasa tulis berupa teks singkat untuk mendeskripsikan produk sekaligus mempromosikannya kepada masyarakat merupakan bagian dari iklan penawaran. Walaupun singkat, bahasa tulis teks yang terdapat dalam iklan produk-produk Indonesia tidak terlepas dari aspek wacana. Wacana merupakan satuan bahasa terlengkap dan tertinggi atau terbesar atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tertinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan ahir nyata disampaikan lisan atau tertulis Tarigan 1987 27 . Dalam hal ini masih terdapat adanya kesalahan wacana pada teks iklan. Hal itulah yang menjadi fokus utama pembahasan dalam artikel jurnal ini, yakni memaparkan hasil analisis kesalahan wacana pada teks iklan produk-produk Indonesia. Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaktikal. Kalimat-kalimat yang kohesif ditandai oleh adanya piranti kohesi. Halliday dan Hassan 197621 membagi peranti kohesi wacana ke dalam dua kelompok kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Yang termasuk kohesi gramatikal adalah referensi GR, substitusi GS, elipsis GE, dan konjungsi GK, sedangkan yang termasuk kohesi leksikal adalah repetisi LR, sinonimi LS, antonimi LA, hiponimi LH, dan kolokasi LK. Kesembilan macam peranti kohesi akan dipaparkan secara singkat yaitu Referensi penunjukan diartikan sebagai suatu bentuk yang merujuk ke bentuk lainnya Oktavianus, 200654. Referensi berkaitan dengan penggunaan kata atau kelompok kata untuk menunjuk kata atau ISSN 2541-3252 Vol. 5, No. 2 Sep. 2020 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan BAHTERA INDONESIA Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia kelompok kata atau satuan gramatikal lainnya Ramlan, 199312. Referensi dibagi menjadi dua bagian endofora dan eksofora. Apabila unsur yang diacu berada dalam teks, hubungan referensinya disebut endofora. Sebaliknya, apabila unsur yang diacu berada di luar teks, hubungan referensinya disebut eksofora. Referensi endofora dapat dipilah lagi menjadi dua jenis yaitu a referensi anafora dan b referensi katafora Halliday dalam Lubis, 199330. Referensi endofora anafora adalah hubungan antara bagian yang satu dengan bagian lainnya dalam teks yang menunjuk pada sesuatu atau anteseden yang telah disebutkan sebelumnya. Substitusi penggantian adalah proses dan hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar. Penggantian dilakukan untuk memperoleh unsur pembeda atau menjelaskan struktur tertentu Kridalaksana, 1984100. Berbeda dengan referensi yang mengutamakan hubungan makna, substitusi ini lebih mengutamakan hubungan gramatikal. Dengan demikian, pada substitusi ini hubungan itu bukan pada maknanya, tetapi pada gramatikal dan kosa katanya. Substitusi dibedakan atas 1 substitusi nominal, 2 substitusi verbal, dan 3 substitusi klausal. Substitusi nominal terjadi jika satuan bahasa yang disubstitusi berupa nomina. Substitusi verbal terjadi jika satuan bahasa yang disubstitusi berupa verba. Adapun substitusi klausal terjadi jika satuan bahasa yang disubstitusi berupa klausa. Elipsi adalah proses penghilangan kata atau satuan-satuan bahasa lain yang dapat dimunculkan kembali dalam pemahamannya. Bentuk atau unsur yang dilesapkan dapat diperkirakan wujudnya dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa Kridalaksana, 198440. Elipsis juga merupakan penggantian unsur kosong zero, yaitu unsur yang sebenarnya ada tetapi sengaja dihilangkan atau disembunyikan. Tujuan pemakaian elipsis ini adalah untuk efektivitas dan efisiensi berbahasa. Konjungsi kata sambung adalah bentuk atau satuan bahasa yang berfungsi sebagai penyambung, perangkai, atau penghubung kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, bahkan paragraf dengan paragraf Kridalaksana, 1984105; Tarigan, 1987101. Konjungsi disebut juga sarana perangkai unsur-unsur kewacanaan. Konjungsi atau penghubungan dengan bantuan kata sambung ini besar perannya dalam mewujudkan kohesi gramatikal perhatikan bahwa di sini kata konjungsi digunakan sebagai salah satu jenis kohesi gramatikal sekaligus sebagai alat gramatikalnya. ISSN 2541-3252 Vol. 5, No. 2 Sep. 2020 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia BAHTERA INDONESIA Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Repetisi adalah pengulangan kata atau frasa yang sama pada kalimat berikutnya untuk memberikan penekanan bahwa kata atau frasa tersebut merupakan fokus pembicaraan. Sinonimi adalah hubungan antarkata yang memiliki makna yang sama. Dengan sinonimi, penggunaan kata dalam wacana lebih bervariasi dan menarik. Antonimi adalah hubungan antarkata yang beroposisi berlawanan makna. Kata-kata yang beroposisi dengan selaras membuat mitra tutur atau pembaca lebih cepat memahami wacana. Hiponimi adalah hubungan antara kata yang bermakna spesifiks khusus dan kata yang bermakna generik umum. Dalam hubungan hiponimi ini, hipernim kata umum tidak perlu disebutkan di depan hiponiminya. Dengan demikian, penggunaan hiponimi ini menjadikan wacana lebih efisien. Kolokasi sanding kata adalah hubungan antarkata yang berada pada lingkungan atau bidang yang sama. Kesalahan dalam koherensi merupakan kesalahan wacana yang dalam setiap kata dan kalimat tidak mengandung sebuah gagasan karena maknanya tidak saling berkaitan, menyimpang dari kaidah Bahasa Indonesia. Model kesalahan seperti ini berkaitan dengan faktor kekurangpahaman terhadap wacana baku dalam Bahasa Indonesia, dan ketaksaan/ambiguitas dalam wacana iklan produk-produk karena itu perlu adanya pengakajian aspek kesalahan wacana pada iklan iklan produk Indonesia agar tidak terjadi pinyimpangan-penyimpangan kebahasaan pada iklan produk produk Indonesia. Pada bagian hasil dan pembahasan, penulis akan menganalisis 10 kesalahan dari masing-masing teks iklan penawaran produk Indonesia yang berbeda berdasarkan aspek aspek kesalahan wacana telah dipaparkan. METODE PENELITIAN Penelitian ini melalui dua tahap yaitu tahap pengumpulan data dan analisis data. Subjek penelitian ini berupa iklan produk-produk Indonesia. Objek penelitian ini berupa analisis kesalahan berbahasa Indonesia di bidang wacana.. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sumber data berasal dari iklan produk-produk Indonesia yang kami dapat dari media massa. Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik sadap yang diikuti dengan simak, bebas libat, dan cakap. Karena menggunakan bahasa secara tertulis, yaitu dengan cara mencatat bentuk yang relevan untuk meneliti hal ini Mahsun, 2005 92. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah padan ekstralingual dengan teknik lanjutan, teknik hubung banding membedakan, atau teknik HBB Mahsun, 2005 92. ISSN 2541-3252 Vol. 5, No. 2 Sep. 2020 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan BAHTERA INDONESIA Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia HASIL PEMBAHASAN Seperti yang telah diketahui bahwasannya iklan produk-produk Indonesia sangatlah banyak. Barang yang dipromosikan tidak hanya sekadar makanan dan minuman saja, ada banyak jenis produk lainnya yang memang diproduksi oleh pabrik di Indonesia. Pada sebuah iklan sering dijumpai adanya bahasa tulis berupa teks singkat guna mendeskripsikan produk sekaligus mempromosikannya kepada masyarakat. Format iklan yang demikian merupakan bagian dari iklan penawaran. Walaupun singkat, bahasa tulis teks yang terdapat dalam iklan produk-produk Indonesia tidak terlepas dari aspek wacana. Masih ditemukan adanya kesalahan wacana pada teks iklan tersebut. Hal itulah yang menjadi fokus utama pembahasan dalam artikel jurnal ini, yakni memaparkan hasil analisis kesalahan wacana pada teks iklan produk-produk Indonesia. Pada bagian hasil dan pembahasan, penulis akan menganalisis 10 kesalahan dari masing-masing teks iklan penawaran yang berbeda. Hal ini dikarenakan tidak semua teks iklan produk-produk Indonesia memiliki kesalahan di bidang wacana. Analisis ini disesuaikan dengan kajian teori tentang analisis kesalahan wacana yang sebelumnya telah dijelaskan. A. Kesalahan dalam Kohesi 1. Kesalahan Penggunaan Pengacuan Referensi Kesalahan penggunaan pe ngacuan berkaitan dengan realisasi benda, subjek, dan proses peristiwa yang tidak sesuai dengan acuan yang dikehendaki pembicara atau penulis. Berikut data kesalahan penggunaan pengacuan yang terdapat dalam iklan susu Nestle Bear Brand. Gambar 1. Iklan susu Nestle Bear Brand. Data Rasakan kemurniannya! Pada data terdapat kata kemurniannya sebagai pengacuan yang tidak tepat. Rasakan kemurniannya! adalah wacana yang berdiri sendiri tanpa adanya pengacuan, maka dapat dinyatakan bahwa arah acuannya tidak jelas kepada sesuatu apa. Kemurniannya dalam wacana iklan susu Nestle Bear Brand seharusnya mengacu ISSN 2541-3252 Vol. 5, No. 2 Sep. 2020 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia BAHTERA INDONESIA Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada produk itu sendiri. Jadi, wacana iklan tersebut dapat diperbaiki menjadi Rasakan kemurnian susu Nestle Bear Brand! 2. Kesalahan Penggunaan Penyulihan Substitution Kesalahan penggunaan pe nyulihan yaitu ketidaktepatan penggantian kata yang maknanya sangat berbeda dengan kata yang diacunya. Berikut data kesalahan penggunaan penyulihan yang terdapat dalam iklan Veet dan iklan Kentucky Fried Chicken KFC Indonesia. Gambar 2. Iklan Veet. Data Cantik itu kulit mulus bebas bulu. Pada data dinyatakan bahwa cantik itu yang kulitnya mulus bebas bulu. Perlu diketahui bahwa produk Veet adalah salah satu produk kecantikan buatan pabrik Indonesia. Produk ini berwujud cream yang digunakan untuk menghilangkan rambut yang tumbuh di area ketiak, tangan, dan kaki wanita. Sesungguhnya manusia memiliki tumbuh rambut, bukan bulu. Bulu hanya dikhususkan untuk hewan, bukan manusia. Jadi, terdapat kesalahan penyulihan pada kata bulu. Wacana iklan tersebut dapat diperbaiki menjadi Cantik itu kulit mulus bebas rambut. Catatan hanya rambut yang tumbuh di area ketiak, tangan, dan kaki wanita. Gambar 3. Iklan Kentucky Fried KFC Indonesia. Data Promo berlaku 22 Januari 2014 pukul – Berhubung wacana iklan Kentucky Fried Chicken KFC Indonesia pada gambar ISSN 2541-3252 Vol. 5, No. 2 Sep. 2020 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan BAHTERA INDONESIA Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pertama kurang jelas, maka di bawahnya diberi gambar tambahan versi diperbesar zoom. Kesalahan penyulihan terdapat pada kata jam. Kata yang diacu oleh kata jam adalah waktu, yakni – Pada aturan bahasa Indonesia, untuk megacu waktu yang mengandung keterangan dalam bentuk angka lebih tepat menggunakan kata pukul sebagai acuannya bukan jam. Kata jam lebih tepat digunakan sebagai acuan benda yang berfungsi menunjukkan keterangan waktu jadi bukan waktu-nya, tetapi bendanya. Oleh karena itu, wacana iklan Kentucky Fried Chicken KFC Indonesia dapat diperbaiki menjadi Promo berlaku 22 Januari 2014 pukul – 3. Ketidakefektifan Wacana karena Tidak Ada Pelesapan Ketidakefektifan wacana karena tidak ada pelesapan yaitu penggunaan wacana yang kurang efektif, pemborosan kalimat tidak ekonomis dalam penggunaan bahasa, dan tidak mencapai aspek kepaduan wacana. Maka sebaiknya kata yang kurang efektif tersebut dilesapkan. Berikut data ketidakefektifan wacana karena tidak ada pelesapan pada wacana iklan Dove Daily Shampoo. Gambar 4. Iklan Dove Daily Shampoo Data Micro Moisture Serum membuat lapisan pelindung di setiap helai rambut sehingga membantu melawan penyebab kerusakan rambut setiap hari yang membuat rambut menjadi kusam. Pada kata rambut dalam iklan di atas merupakan penggunaan wacana yang kurang efektif. Rambut yang dimaksud adalah micro moisture serum yang memberikan perlindungan dalam melawan penyebab kerusakan rambut setiap hari agar tidak terlihat kusam. Jadi, ISSN 2541-3252 Vol. 5, No. 2 Sep. 2020 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia BAHTERA INDONESIA Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia perbaikan wacana yang kurang efektif yaitu Micro Moisture Serum membuat lapisan pelindung di setiap helai rambut sehingga membantu melawan penyebab kerusakan agar tidak terlihat kusam. 4. Kesalahan Penggunaan Konjungsi Kesalahan penggunaan konjungsi yaitu ketidaktepatan pemilihan dan penempatan konjungsi kata hubung guna menghubungkan kata atau kalimat berikutnya. Berikut data kesalahan penggunaan konjungsi yang terdapat dalam iklan pasta gigi Pepsodent. Gambar 5. Iklan Pepsodent. Data Perlindungan dari gigi berlubang pagi dan malam. Pada data terdapat kata dari sebagai konjungsi yang tidak tepat. Perlindungan yang dimaksud adalah Pepsodent memberi perlindungan untuk gigi yang berlubang pada pagi dan malam hari. Jadi, perbaikan wacana iklan Pepsodent yang tepat yaitu Perlindungan untuk gigi berlubang pagi dan malam. B. Kesalahan dalam Koherensi 1. Wacana Tidak Koherens Wacana tidak koherens merupakan kesalahan wacana yang dalam setiap kata dan kalimat tidak mengandung sebuah gagasan karena maknanya tidak saling berkaitan. Berikut data kesalahan wacana tidak koherens yang terdapat dalam iklan susu Hilo. Gambar 6. Iklan susu Hilo. Data Percaya sama yang juara. Pada data di atas terdapat kata sama yang digunakan ISSN 2541-3252 Vol. 5, No. 2 Sep. 2020 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan BAHTERA INDONESIA Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk menyatakan hal yang tidak sama. Jika dikaitkan dengan logika bahasa, penggunaan kata seperti ini dinyatakan tidak tepat. Begini penjelasannya, berdasarkan wacana iklan susu Hilo, dari segi arti dan penggunaan kata percaya dengan yang juara tidaklah sama. Itu adalah dua hal yang berbeda. Wacana ini sebagai bentuk kalimat persuasif yang menyatakan bahwa dengan rutin megonsumsi susu Hilo kelak akan menjadi sang juara. Oleh karena itu, para calon konsumen diminta untuk percaya kepada sang juara. Jadi, perbaikan wacana iklan susu Hilo yang tepat yaitu Percaya kepada sang juara. C. Menyimpang dari Kaidah Bahasa Indonesia Model kesalahan seperti ini berkaitan dengan faktor kekurangpahaman terhadap wacana baku dalam Bahasa Indonesia. Selain itu, kebiasaan menggunakan kalimat yang salah tidak sesuai dengan aturan kebahasaan dalam berkomunikasi juga merupakan penyebab dari timbulnya kesalahan yang meyimpang dari kaidah Bahasa Indonesia. Berikut ini adalah data kesalahan wacana yang meyimpang dari kaidah Bahasa Indonesia yang terdapat dalam iklan permen Kiss dan minuman Sprite. Gambar 7. Iklan permen Kiss. Data 1. Ekspresiin PD lo! Kesalahan pertama terdapat pada kata ekspresiin. Sebagai kata yang tidak baku, kata tersebut tidak ada di dalam KBBI. Pembenaran dari kata ekspresiin yaitu ekspresikan. Kemudian terdapat kata PD yang merupakan singkatan dari Percaya Diri ini bukan termasuk kesalahan. Kesalahan kedua terdapat pada kata lo yang sudah jelas menyimpang dari kaidah kebahasaan. Kata lo artinya kamu. Kata lo biasa dipakai oleh orang-orang termasuk anak muda dari daerah tertentu, yakni Jakarta. Berdasarkan dua kesalahan tersebut, ISSN 2541-3252 Vol. 5, No. 2 Sep. 2020 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia BAHTERA INDONESIA Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia maka wacana dalam iklan permen Kiss dapat diperbaiki menjadi Ekspresikan PD mu! Gambar 8. Iklan minuman Sprite. Data 2. Nyatanya nyegerin. Kesalahan pada wacana iklan Sprite terdapat pada kata nyegerin yang tidak mengikuti kaidah bahasa Indonesia. Kata nyegerin sebetulnya berasal dari kata dasar segar. Jika konteks penggunaannya mengarah pada kerja, maka yang baku adalah menyegarkan bukan nyegerin. Berikut perbaikan pada wacana iklan Sprite Nyatanya menyegarkan. D. Ketaksaan Sering ditemui adanya ketaksaan/ambiguitas dalam wacana iklan produk-produk Indonesia. Hal ini dapat menimbulkan kesalahpahaman oleh pembaca. Penulis menemukan adanya ketaksaan pada wacana iklan provider 3 Indonesia dan Puyer 16 Bintang Toedjoe. Gambar 9. Iklan provider 3 Indonesia. Data 1. Kebebasan itu aneh. Bebas ekspresikan diri… Selama rok di bawah lutut Pada wacana iklan tersebut sebelumnya dinyatakan bahwa kebebasan adalah hal yang aneh, seseorang bebas megekspresikan diri tetapi selama rok di bawah lutut. Pernyataan ambigu mulai nampak pada kata aneh. Tidak ada keanehan yang dijelaskan secara spesifik dalam wacana iklan provider 3 Indonesia. Kemudian kalimat berikutnya bebas ekspresikan diri… Selama rok di bawah lutut menimbulkan beberapa penafsiran dan pertanyaan; 1 Wacana Selama rok di bawah lutut dapat bermakna ganda memakai rok tepat di bawah lutut atau panjang roknya yang sampai di bawah lutut? 2 Apakah kebebasan hanya berlaku untuk perempuan yang memakai rok yang panjangnya sampai di bawah lutut saja? 3 Apakah kebebasan yang ISSN 2541-3252 Vol. 5, No. 2 Sep. 2020 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan BAHTERA INDONESIA Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dimaksud hanya untuk perempuan saja? Lantas bagaimana dengan laki-laki yang tidak pakai rok? 4 Apakah perempuan yang memakai celana tidak berhak mendapat kebebasan? Berdasarkan keempat pertanyaan tersebut, dapat dinyatakan bahwa data 1 adalah kalimat ambigu. Wacana tersebut dapat diperbaiki kesalahannya supaya pembaca jelas memahami maknanya. Berikut hasil sebagai saran perbaikan Kebebasan bagi perempuan itu tidak aneh. Bebas eskpresikan diri… Selama memakai rok atau celana yang panjangnya sampai di bawah lutut. Gambar 10. Iklan Puyer 16 Bintang Toedjoe. Data 2. Kepala nyut - nyut Gigi snut - snut Puyer 16 Bintang Toedjoe Pada wacana iklan tersebut, pertanyaan ambigu tampak pada kepala nyut – nyut gigi snut – snut Puyer 16 Bintang Toedjoe yang menimbulkan penafsiran makna yang beragam, sebagai contoh yaitu ; 1 Apa maksud kepala nyut - nyut dan gigi snut - snut Puyer 16 Bintang Toedjoe? 2 Apakah maksud dari wacana kepala nyut - nyut dan gigi snut - snut adalah suatu sensasi dari rasa sakit? 3 Apakah Puyer 16 Bintang Toedjoe bermaksud dapat menjadikan kepala nyut - nyut dan gigi snut - snut? Berdasarkan beberapa pertanyaan di atas dapat dikatakan bahwa wacana iklan Puyer 16 Bintang Toedjoe termasuk ambigu. Wacana tersebut dapat diperbaiki kesalahannya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman bagi para pembaca. Berikut hasil perbaikannya Sakit kepala nyut – nyut dan sakit gigi snut – snut dapat diatasi oleh Obat Puyer 16 Bintang Toedjoe. KESIMPULAN Secara ringkas simpulan hasil penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Ditemukan adanya beberapa kesalahan berbahasa di bidang wacana pada teks iklan ISSN 2541-3252 Vol. 5, No. 2 Sep. 2020 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia BAHTERA INDONESIA Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia produk- produk Indonesia. Berikut 10 jumlah data hasil analisis tersebut. Ditemukan sebanyak 1 data kesalahan penggunaan pengacuan, 2 data kesalahan penggunaan penyulihan substitution, 1 data ketidakefektifan wacana karena tidak ada pelesapan, 1 data kesalahan konjungsi, 1 data wacana tidak koherens, 2 data kesalahan yang menyimpang dari kaidah Bahasa Indonesia, dan 2 data ketaksaan/ - kesalahan kebahasaan yang ditemukan dalam produk iklan di Indonesia diharapkan tidak meluas. Sehubungan dengan hal ini, dalam rangka meminimalkan kesalahan wacana pada produk - produk iklan di Indonesia, pelaku bisnis khususnya hendaknya memperluas pengetahuan tentang kaidah Bahasa Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Pustaka. Ambarwati, Puji. 2009. Analisis Kesalahan Berbahasa pada Wacana Buku LKS Prisma Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP [skripsi]. Surakarta ID Universitas Muhammadiyah Surakarta. Ghufron, Syamsul. 2012. Peranti Kohesi dalam Wacana Tulis Siswa Perkembangan dan Kesalahannya. Jurnal Bahasa dan Seni, 40 1, 81-93. Johan, Gio Mohamad. 2018. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia dalam Proses Diskusi Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 18 1, 136-149. Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta RajaGrafindo Persada. Analisis Wacana Lintas Andalas Univeristy Press. Ramlan, Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Offset. Sari, Ima Yuliana. 2017. Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X di SMK Negeri 2 Ciamis. Jurnal Diksatrasia, 2 1, 243-248. Setyawati, Nanik. 2013. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik. Surakarta Yuma Pustaka. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Mohamad JohanThis study aims to describe the mistake of speaking in Indonesia done sixth grade at SDN 1 Galagamba. This research is a descriptive type. The source of the data in this study are students of sixth grade SDN 1 Galagamba. The instruments used in this research include observation sheets and recording device. Analytical techniques used in analyzing data error-language qualitative data analysis techniques. The results of this research show that there were errors in using Indonesian, which include phonological, morphological, sintactical, semantic, cohesion, coherence, and logic in the process of discussions performed by elementary school students. The advice of this research, the teacher can use the results of the analysis on language errors made by students as reflection of Yuliama SariPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa yang dilakukan siswa dalam karangan yang dibuatnya. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif. Sumber data pada penelitian ini adalah teks biografi yang termasuk ke dalam karangan narasi, maksudnya adalah karangan yang berisi tentang rangkaian peristiwa berdasarkan urutan waktu. Sumber data ini dipilih karena sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Hal yang menjadi fokus penelitian ini yaitu kesalahan berbahasa yang terdapat dalam karangan siswa. Kesalahan berbahasa ini menurut Setyawati 2013 meliputi berbagai aspek tataran linguistik dari mulai tataran fonologi, tataran morfologi, tataran sintaksis, tataran semantik, dan tataran wacana, serta penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Hasil penelitian mengenai kesalahan berbahasa dalam karangan siswa ini terbukti dengan masih banyak kesalahan-kesalahan berbahasa yang terdapat dalam karangan siswa. Kesalahan-kesalahan tersebut terdapat disemua aspek kebahasaan dan penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Kesalahan yang paling banyak dilakukan siswa dalam karangan tersebut yaitu pada aspek penerapan kaidah ejaan bahasa Indoneisa yang Besar Bahasa IndonesiaHasan AlwiAlwi, Hasan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta Balai Kesalahan Berbahasa pada Wacana Buku LKS Prisma Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMPPuji AmbarwatiAmbarwati, Puji. 2009. Analisis Kesalahan Berbahasa pada Wacana Buku LKS Prisma Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP [skripsi].Peranti Kohesi dalam Wacana Tulis Siswa Perkembangan dan KesalahannyaSyamsul GhufronGhufron, Syamsul. 2012. Peranti Kohesi dalam Wacana Tulis Siswa Perkembangan dan Kesalahannya. Jurnal Bahasa dan Seni, 40 1, Linguistik Edisi KeempatH KridalaksanaKridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta PT Gramedia Pustaka Penelitian Bahasa. Jakarta RajaGrafindo PersadaMahsunMahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta RajaGrafindo Wacana Lintas Analisis Wacana Lintas Andalas Univeristy Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa IndonesiaM RamlanRamlan, Alur Pikiran dan Kepaduannya dalam Bahasa Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan PraktikNanik SetyawatiSetyawati, Nanik. 2013. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik. Surakarta Yuma Pustaka.
ArticlePDF Available AbstractThis study discusses the analysis of pronunciation errors in talk shows that occur in several television stations in Indonesia. The data collected for analysis was to see whether the standard spoken language used in talk shows or not when Speaking in talk shows and the errors found in their talk shows were constructed by their language standards. This research is a phonetic study of Indonesian sounds and pronunciation only. The theoretical framework used in this study is based on error analysis theory such as Corder, Selinker and Richards. It is also based on structural linguistic theories such as those elaborated by Pike and those put forward by Kridalaksana in analyzing sound errors in Indonesian. The design of the research method used in this study is in accordance with the error analysis in analyzing the error data collected from the talk show audience survey at each television station in Indonesia. This research was conducted to analyze the errors of vowels, diphtongs, and consonants. This investigation shows that the errors found in the data are as follows inter-language errors such as hypercorrection to take advantage of the use of standard languages caused by mother tongues such as Javanese, Batak, and Slang. Abstrak Penelitian ini membahas tentang analisis kesalahan pengucapan pada talkshow yang terjadi di beberapa stasiun televisi di Indonesia. Data yang dianalisis merupakan data yang digunakan untuk mengetahui apakah bahasa lisan standar digunakan dalam acara bincang-bincang atau tidak dan apakah kesalahan yang ditemukan dalam acara bincang-bincang dipengaruhi oleh bahasa standar yang digunakan. Penelitian ini merupakan studi fonetik tentang bunyi dan pengucapan bahasa Indonesia. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada teori analisis kesalahan seperti Corder, Selinker, dan Richards. Hal ini juga didasarkan pada teori-teori linguistik struktural seperti yang dielaborasi oleh Pike dan yang dikemukakan oleh Kridalaksana dalam menganalisis kesalahan bunyi bahasa Indonesia. Rancangan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan analisis kesalahan dalam menganalisis data kesalahan yang dikumpulkan dari survei penonton talk show di setiap stasiun televisi di Indonesia. Penelitian dilakukan untuk menganalisis kesalahan bunyi vokal, diftong, dan konsonan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kesalahan yang ditemukan pada data adalah sebagai berikut kesalahan antarbahasa seperti hypercorrection untuk menghindari penggunaan bahasa standar yang disebabkan oleh bahasa ibu seperti bahasa Jawa, Batak, dan bahasa gaul. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Analisis Kesalahan Pengucapan pada Program.... 178 ANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN PADA PROGRAM TALK SHOW DI TELEVISI INDONESIA Error Analysis Spelling Talkshow Program In Television Indonesia Emmy Erwina Universitas Harapan Medan, Medan, Indonesia emmyerwina8 Abstrak Penelitian ini membahas tentang analisis kesalahan pengucapan pada talkshow yang terjadi di beberapa stasiun televisi di Indonesia. Data yang dianalisis merupakan data yang digunakan untuk mengetahui apakah bahasa lisan standar digunakan dalam acara bincang-bincang atau tidak dan apakah kesalahan yang ditemukan dalam acara bincang-bincang dipengaruhi oleh bahasa standar yang digunakan. Penelitian ini merupakan studi fonetik tentang bunyi dan pengucapan bahasa Indonesia. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada teori analisis kesalahan seperti Corder, Selinker, dan Richards. Hal ini juga didasarkan pada teori-teori linguistik struktural seperti yang dielaborasi oleh Pike dan yang dikemukakan oleh Kridalaksana dalam menganalisis kesalahan bunyi bahasa Indonesia. Rancangan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan analisis kesalahan dalam menganalisis data kesalahan yang dikumpulkan dari survei penonton talk show di setiap stasiun televisi di Indonesia. Penelitian dilakukan untuk menganalisis kesalahan bunyi vokal, diftong, dan konsonan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kesalahan yang ditemukan pada data adalah sebagai berikut kesalahan antarbahasa seperti hypercorrection untuk menghindari penggunaan bahasa standar yang disebabkan oleh bahasa ibu seperti bahasa Jawa, Batak, dan bahasa gaul. Kata-kata Kunci fonetik, pengucapan, analisis kesalahan Abstract This study discusses the analysis of pronunciation errors in talk shows that occur in several television stations in Indonesia. The data collected for analysis was to see whether the standard spoken language used in talk shows or not when Speaking in talk shows and the errors found in their talk shows were constructed by their language standards. This research is a phonetic study of Indonesian sounds and pronunciation only. The theoretical framework used in this study is based on error analysis theory such as Corder, Selinker and Richards. It is also based on structural linguistic theories such as those elaborated by Pike and those put forward by Kridalaksana in analyzing sound errors in Indonesian. The design of the research method used in this study is in accordance with the error analysis in analyzing the error data collected from the talk show audience survey at each television station in Indonesia. This research was conducted to analyze the errors of vowels, diphtongs, and consonants. This investigation shows that the errors found in the data are as follows inter-language errors such as hypercorrection to take advantage of the use of standard languages caused by mother tongues such as Javanese, Batak, and Slang. Keywords phonetics, pronunciation, error analysis How to Cite Erwina, Emmy. 2020. Analisis Kesalahan Pengucapan Pada Program Talk Show Di Televisi Indonesia. Ranah Jurnal Kajian Bahasa. 92. 178—187. doi Naskah Diterima Tanggal 4 Maret 2020—Direvisi Akhir Tanggal 24 Oktober 2020—Disetujui Tanggal 20 November 2020 doi Emmy Erwina 179 PENDAHULUAN Masalah pengucapan merupakan masalah bahasa yang penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Permasalahan bahasa yang perlu mendapat perhatian dalam perkembangan bahasa Indonesia adalah masalah sebutan atau lafal, namun banyak masyarakat yang masih belum berani mempelajarinya secara mendalam karena bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang masing-masing memiliki bahasa daerahnya sendiri. Pengaruh bahasa asing, bahasa daerah atau dialek terhadap bahasa Indonesia terlihat pada beberapa acara bincang-bincang di setiap stasiun televisi di Indonesia, karena sifatnya yang audiovisual, televisi dapat menghadirkan acara musik, film, sinetron, variety show, reality show, serta acara lainnya dengan melibatkan para selebritis idola khalayak Abdullah Aceng & Lilis Puspitasari, 2018 102. Selain itu juga dipengaruhi oleh beberapa bahasa asing seperti Belanda, Inggris, Arab, dan Sansekerta. Pengaruh bahasa asing, bahasa daerah atau dialek terhadap bahasa Indonesia dapat dilihat pada banyak lafaz atau sebutan. Pengaruh ini menyebabkan kurangnya keseragaman dalam penunjukan. Hal inilah yang mungkin menjadi penyebab hingga saat ini di Indonesia belum ada pedoman penunjukan standar untuk bahasa Indonesia. Hal ini mungkin juga berlaku karena Indonesia terdiri dari wilayah yang sangat luas dan memiliki ragam bahasa, sehingga sangat sulit untuk membakukan sebutan bahasa Indonesia atau memilih salah satu istilah bahasa daerah yang dapat dijadikan acuan standar bahasa Indonesia. Dengan kata lain, bahwa secara resmi tidak ada sebutan baku untuk bahasa Indonesia. Ketidakseragaman sebutan ini membingungkan masyarakat umum, misalnya para pemain talk show di beberapa stasiun televisi, pemirsa televisi, dan pendengar radio dalam membedakan antara bentuk standar dan nonstandar. Sebutan non-seragam Indonesia sering kali diterapkan dalam situasi formal. Situasi formal berarti situasi yang terjadi di tempat umum masyarakat umum, tidak tertutup, memiliki peraturan perundang-undangan dan mengikuti adat istiadat yang berlaku Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008 279—837. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai situasi dan kondisi, sedangkan bahasa Indonesia yang benar adalah yang sesuai dengan EYD Setiawati, Selis, 2016 45. Sebutan baku bahasa Indonesia ialah sebutan yang mengikut prinsip fonemik yang berdasarkan ejaan bahasa Indonesia, maksudnya sesuatu perkataan dilafazkan mengikut ejaan baku bahasa Indonesia atau menurut nilai bunyi huruf di dalam bahasa Indonesia. Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam pengunaannya Jamilah, 2017 42. Hal ini dapat dilihat dalam contoh kata makan yang Analisis Kesalahan Pengucapan pada Program.... 180 diucapkan sebagai [mãkan] dan kata masalah yang diucapkan sebagai [mãsalah]. Bunyi yang digambarkan dengan huruf a haruslah diucapkan sebagai [a] dan jangan berubah menjadi [e], [ə], atau [ε]. Kemudian, bunyi [k] yang terdapat di tengah kata haruslah diucapkan secara jelas dan jangan diganti dengan bunyi glotis [ʔ], contohnya perkataan pendidikan’ jangan diucapkan sebagai [pəndidiʔkan] tetapi harus diucapkan sebagai [pəndidikan], dan perkataan 'kedudukan' jangan diucapkan sebagai [keduduʔkan] tetapi harus diucapkan sebagai [kədudukan], manakala perkataan seperti mendudukkan’ haruslah diucapkan sebagai [mənduduʔkan], dan perkataan meletakkan’ haruslah disebut sebagai [mələtaʔkan] jadi, k’ yang pertama diucapkan dengan bunyi glotis [ʔ] dan k’ yang kedua diucapkan secara jelas Prihadi, 2010 60. Oleh karena itu, penulisan karya-karya ilmiah, baik berupa buku-buku teks pelajaran, buku-buku ilmiah maupun karya tulis ilmiah lainnya menggunakan ragam baku tulis sebagai standar penulisannya Jamilah, 2017 42, misalnya, jika seseorang itu berasal dari suku Jawa, maka sebutan perkataan mereka dipengaruhi oleh bahasa Jawa, jika suku Batak dipengaruhi oleh bahasa Batak, suku Sunda dipengaruhi oleh bahasa Sunda, dan orang Jakarta dipengaruhi oleh dialek Betawi. Penelitian ini membahas tentang analisis dan perbandingan pengucapan yang berbeda pada ucapan yang dihasilkan oleh pembawa acara dan bintang tamu yang berdiskusi di stasiun televisi di Indonesia dalam situasi yang formal. Hal ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dari perbedaan pengucapan. Signifikasi penelitian ini ialah untuk menjelaskan bagaimana petunjuk pelafalan yang benar serta untuk memberikan kontribusi kepada para praktisi agar dapat mengimplementasikannya pada pengucapan yang sudah sesuai dengan standar. LANDASAN TEORI Penulis mendapati bahwa teori struktural sesuai dengan kajian yang dilakukan oleh penulis, yaitu mengenai kajian sebutan kata baku bahasa Indonesia. Pendekatan struktural ialah langkah-langkah tertentu dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian bahasa, kita harus melakukan penelitian fonologi terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian morfologi dan penelitian sintaksis. Penelitian fonologi akan menjadi landasan untuk penelitian morfologi dan penelitian morfologi akan menjadi landasan untuk penelitian sintaksis Ismawati, 2011 38. Pendekatan struktural berfokus pada pencarian bentuk form dari gejala yang ada. Berdasarkan gejala itu, disusunlah suatu sistem yang dapat menjelaskan keberadaan bentuk tersebut. Dalam penelitian bahasa, bentuk itu dapat berupa sistem bunyi bahasa fonetik, Emmy Erwina 181 fonem, morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat Setiawan, 2016. Uraian deskriptif yang diterapkan oleh pengkaji untuk analisis kajian ini ialah aliran struktural Amerika. Aliran ini mewarisi ide dari para ahli antropologi budaya seperti Boas, ahli bahasa Bloomfield, serta ahli bahasa dan antropologi budaya. Teori yang juga digunakan dalam penelitian ini, yaitu kutipan wawasannya “One of the significant units of sounds arrived at for a particular language by the analytical... a constrastive sound unit”. Oleh karena itu, dapat dikatakan fonem sebagai satuan terkecil dapat diwujudkan dalam satuan kontras, yaitu pasangan minimal, misalnya, [čari] mencari dan [jari] jari tangan atau kaki. Dengan melakukan segmentasi pasangan minimal dan struktur fonemik dalam tuturan para informan dengan menggunakan analisis kesalahan-kesalahan atau perbedaan pengucapan dapat dipertanggungjawabkan, jika tidak maka akan terjadi perubahan dan pergeseran makna dari kata tersebut. Perubahan makna tersebut merupakan makna yang sebenarnya mengalami perubahan, sedangkan untuk pergeseran makna merupakan gejala penyempitan, perluasan, pengonotasian, dan pengasosiasian makna apakah makna tersebut masih layak di dalam satu medan makna S. Ramadan & Y. Mulyati, 2020 4. Terdapat berbagai kecenderungan yang kuat bahwa penggunaan Bahasa Indonesia mengalami pergeseran yang disebabkan oleh Bahasa Asing, seperti di media televisi, koran, baliho, iklan dan lain-lain. Kepedulian pengguna bahasa Indonesia sangat ada kaitannya dengan kualitas pengguna bahasa Indonesia tersebut R. Rahayu, 2017 32. Kualitas berbahasa seseorang dilihat dari kuantitas kosakata yang dikuasainya. Semakin banyak kosakata yang dikuasainya, maka kualitas berbahasanya pun semakin baik H. Astuti, N. Sukmawati, 2019 127. Namun, semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang, kesalahan berbahasanya pun tetap tak mungkin dihindari. Kesalahan berbahasa ialah penyimpangan dari kaidah-kaidah berbahasa, baik dari segi lisan maupun tulisan. Jadi, analisis kesalahan berbahasa ialah analisis tentang penyimpangan berbahasa yang terjadi di dalam proses mempelajari bahasa. Akan tetapi, kesalahan berbahasa mesti dibedakan dengan kekeliruan, sehingga dapat diketahui bahwa kekeliruan ialah berbahasa yang tidak sistematis yang mengacu kepada gagalnya penampilan performance, sedangkan kesalahan ialah penyimpangan yang sistematis yang berhubungan dengan gagalnya kemampuan atau kompeten competence Azmi, 2011 42. Kesalahan itu dapat dibedakan kepada dua, yaitu kesalahan antarbahasa interlanguage errors dan kesalahan intrabahasa intralingual errors. Penyebab kesalahan intrabahasa itu dapat dibagi menjadi 1 pengitlakan over-generalizations, 2 tidak mengetahui pembatasan Analisis Kesalahan Pengucapan pada Program.... 182 rumus ignorance of rule restrictions, 3 penerapan rumus yang kurang sempurnaincomplete application of rules, dan 4 membuat kesimpulan yang salah mengenai konsep false concepts hypothesized. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan survei yang diisi oleh beberapa orang terkait dengan kesalahan pengucapan kata yang dilakukan informan pembawa acara, narasumber, dan panitia pada acara talk show di stasiun televisi di Indonesia. Metode pemilihan data dilihat berdasarkan jenis stasiun televisi yang dipilih, tingkat pengetahuan terhadap acara televisi yang dipilih, acara talk show yang pernah dilihat/ ditonton, serta pengaruh kesalahan pengucapan kata yang dilakukan informan yang mengakibatkan acara talk show sering berulang. Menurut Solimun 2017 21, arti penting pencatatan adalah agar data dapat dianalisis berulang kali sehingga mendapatkan data yang valid. Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menyebar kuisioner yang berbentuk survei kepada masyarakat dengan menggunakan google form. Peneliti kemudian mengambil data dengan method average metode rata-rata dari hasil survei tersebut. Peneliti dapat menghitung berapa tingkat error dalam pengucapan kata di acara talk show di beberapa stasiun televisi di Indonesia. Penelitian ini sangat dibutuhkan bukan hanya untuk mengukur pengucapan speeling dalam acara talk show, tetapi juga dapat memperbaiki pengucapan speeling dari acara talk show yang ada di Indonesia. Tanpa menggunakan survei dan method average metode rata-rata, sulit untuk memastikan apakah data tersebut sudah benar dan lengkap. PEMBAHASAN Survei diisi oleh 90 responden, dengan rincian usia sebagai berikut, 73,3% berusia lebih dari 20 tahun, 17,8% berusia kurang dari 20 tahun, dan 8,9% berusia 20 tahun. Hal ini berarti minat responden untuk melihat dan menganalisis kesalahan pengucapan error spelling pada acara talk show di beberapa stasiun televisi rata-rata berasal dari usia lebih dari 20 tahun. Berdasarkan data survei terkait dengan penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 51,1% responden berjenis kelamin laki-laki dan 48,9% berjenis kelamin perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin perempuan dalam melihat dan Emmy Erwina 183 menganalisis kesalahan pengucapan error spelling kata pada acara talk show di beberapa stasiun televisi. Berdasarkan diagram survei di atas, di antara 90 responden yang mengisi survei semua berasal dari 11 provinsi dari 34 provinsi yang ada di Indonesia. Persentase tertinggi atas responden yang mengisi survei berasal dari provinsi Sumatra Utara, yaitu sekitar 84,1%. Sisanya memiliki presentasi rtable = 0,250 and value of Sig ρttable = 1,645 dan value of Sig ρrtabel = 0,250 dan nilai Sig ρttabel = 1,645 dan nilai Sig ρJamilah JamilahTulisan ini mendeskripsikan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan bagaimana penggunaan bahasa baku dalam karya ilmiah mahasiswa. Ragam bahasa yang digunakan pada karya ilmiah adalah ragam baku tulis. Bahasa baku adalah bahasa standar yang digunakan dalam kalangan ilmiah. Ada kaidah-kaidah yang perlu dipenuhi dalam penulisan tersebut, yaitu sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan EYD.Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penulisan huruf kapital dan miring, bentuk penyerapan kata asing, penggunaan kata yang tidak tepat situasinya, pemotongan kata, dan kata-kata mubazir. Ratih RahayuThe purpose of this research is to describe the knowledge of culinary entrepreneurs in Pringsewu region about legislation relating to languages and the use of Indonesian and foreign languages, to explain the attitudes of culinary entrepreneurs in Pringsewu region towards languages and the use of Indonesian and foreign languages, and to explain the influence of the knowledge of the legislation toward the attitudes of culinary entrepreneurs in Pringsewu region. The result shows that the knowledge of culinary entrepreneurs in Pringsewu region about legislation relating to languages and the use of Indonesian, local and foreign languages can be considered low because almost all of the respondents have a limited knowledge of the legislation being asked in the questions;the language attitudes of culinary entrepreneurs in Pringsewu region can be considered good because the average value has reached influenceof the knowledge of the legislation relating to languages toward the attitudes of culinary entrepreneurs in Pringsewu region is not considered significant which is only 1%. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengetahuan pengusaha kuliner di Kabupaten Pringsewu mengenai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan bahasa dan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa asing, menjelaskan sikap pengusaha kuliner di Kabupaten Pringsewu terhadap bahasa dan penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa asing, dan menjelaskan pengaruh pengetahuan tentang peraturan kebahasaan terhadap sikap bahasa pengusaha kuliner di Kabupaten Pringsewu. Hasil Penelitian menunjukkan pengetahuan pengusaha kuliner di Kabupaten Pringsewu mengenai peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan bahasa dan penggunaan bahasa Indonesia, daerah dan asing dapat dikategorikan kurang karena hampir semua responden tidak mengetahui peraturan perundang-undangan yang ditanyakan, sikap bahasa pengusaha kuliner di Kabupaten Pringsewu dapat dikategorikan baik karena nilai rata-ratanya sudah mencapai 84,36%, pengaruh pengetahuan mengenai peraturan kebahasaan terhadap sikap bahasa pengusaha kuliner di Kabupaten Pringsewu tidak signifikan karena hanya sebesar 1%. Ahmad Sanusi AzmiSahih al-Bukhari adalah antara kitab utama yang mengumpulkan hadith-hadith sahih. Perkara ini telah disepakati oleh para ulama. Pelbagai khidmat dan usaha telah dilakukan oleh para ulama dalam mengembangkan serta menyebarkan isi kandungannya untuk kepentingan umat. Antara usaha-usaha tersebut seperti mensyarahkan hadith-hadith di dalamnya, memperincikan perawi-perawi, meringkaskan kitabnya serta menjelaskan kekeliruan dan kritikan yang dilemparkan terhadapnya. Kajian ini cuba mengupas kekeliruan serta kritikan yang pernah dilemparkan ke atasnya di samping mengemukakan penyelesaian dan jawapan berdasarkan sumber-sumber yang dihasilkan oleh para ulama dahulu sehingga kini. Kritikan adalah lebih menjurus kepada sanad dan matan dalam Sahih Bukhari. Maklumat dikumpul daripada kitab-kitab mustalah serta syarah-syarah hadith yang ditulis oleh ulama silam dan kemudian dianalisa untuk mencari punca dan penyelesaiannya. Kajian ini mendapati kedudukan Sahih al-Bukhari sebagai sumber asasi bagi hadith sahih tidak tergugat kerana semua kekeliruan dan kritikan telah IsmawatiN. HindartoLatar belakang masalah dalam penelitian ini adalah masih rendahnya ketuntasan belajar klasikal siswa kelas X-3 SMA N 1 Bojayaitu sebesar 57,5%. Hal ini disebabkan kurangnya aktivitas siswa saat mengikuti pelajaran sehingga siswa menjadi pasif, gurumasih menjadi pemeran utama dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran yang sesuai dan tepat diharapkan dapatmemotivasi siswa sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika. Salah satu strategi dalam pembelajaran adalahmenerapkan pembelajaran kooperatif. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Boja. Objek penelitian ini adalah kelas X-3 tahunpelajaran 2009/2010. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu metode tes, lembar observasi dan dokumentasi yangkemudian di uji dengan t-test untuk menguji peningkatan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif denganpendekatan struktural TSTS. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajarankooperatif dengan pendekatan struktural TSTS meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X-3 SMA N 1 Boja. Dari penelitian inidapat disarankan bahwa model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural TSTS dapat dijadikan alternatif untukmeningkatkan hasil belajar The background of this research was low classical learning mastery of SMA N 1 Boja student-grade X-3 due to inactive studentduring the lesson. In order to motivate student to be active in following the lesson and increase students' learning achievement, acooperative learning strategy was applied in the lesson, with the object of X-3 class. The data collection methods used in theresearch were test, observation sheet documentation method, while the increase of learning achievement was tested using conclusion, the application of cooperative learning model with structural TSTS approach can increase the learning achievementof X-3 class of SMA N 1 Boja. It was suggested to use cooperative learning model with structural TSTS approach as an alternativeway to increase students' learning cooperative learning model; structural TSTS approach; learning achievementPenggunaan Bahasa Indonesia Baku dalam Tesis Mahasiswa S-2Abdul FaisalJalilFaisal, Abdul Jalil. 2008. Penggunaan Bahasa Indonesia Baku dalam Tesis Mahasiswa S-2. Linguistik Indonesia. Vol. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta Direktorat Jendral Pendidikan Lanjutan Pertama KemendiknasPrihadiPrihadi. 2010. Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta Direktorat Jendral Pendidikan Lanjutan Pertama Kemendiknas.
Saat berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulisan, setiap orang pasti pernah mengalami kesalahan. Kesalahan tersebut dapat terjadi secara tidak sengaja khilaf, keliru, maupun memang tidak sesuai dengan tata bahasa ya2ng bersangkutan. Dampak yang dihasilkan dari kesalahan ini juga tentunya memiliki spektrum tertentu, dari kecil hingga cukup besar sehingga mengaburkan proses komunikasi. Proses komunikasi terhambat oleh kesalahan berbahasa dapat menyebabkan kesalahpahaman yang merugikan seluruh pihak yang terlibat di dalamnya. Belum lagi jika dibiarkan terus-menerus, maka kesalahan berbahasa dapat menjadi kebiasaan dan merusak tata bahasa yang telah disusun sedemikian rupa untuk meningkatkan proses penuturannya. Hal ini juga berisiko menghasilkan kesalahan berbahasa yang sudah memfosil dan berujung pada penyempitan hingga kekaburan makna bahasa. Oleh sebab itu, para ahli bahasa melakukan berbagai upaya untuk menghindari permasalahan ini. Salah satu upaya tersebut adalah analisis kesalahan berbahasa. Mengapa? Karena untuk menyelesaikan permasalahan kesalahan berbahasa dengan tuntas, kita harus mengetahui betul kesalahan seperti apa yang terjadi, apa penyebabnya, dan bagaimana cara menghindari atau mengoreksinya. Selain itu, analisis kesalahan berbahasa juga dapat menjadi salah satu pisau penelitian kuat yang memiliki potensi hebat untuk menghasilkan temuan-temuan penting dalam bidang kebahasaan maupun mengenai keterkaitannya dengan berbagai sudut pandang keilmuan lainnya. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah berbagai pemaparan teori, konsep, dan penerapan analisis kesalahan berbahasa, mulai dari pengertian hingga langkah-langkah analisisnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Analisis” merupakan kegiatan menyelidiki suatu kejadian atau peristiwa, seperti perbuatan, karangan, dan sebagainya, agar dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya, baik duduk perkaranya, sebab-musabab, dan sebagainya. Artinya, dalam analisis kesalahan berbahasa kita akan menyelidiki suatu kesalahan berbahasa yang terjadi untuk mengetahui keadaan, duduk perkara, dan berbagai aspek lain yang ada di dalamnya. Kesalahan berbahasa sendiri merupakan penyimpangan bahasa dari kaidah tata bahasa atau dari faktor-faktor cara berkomunikasi dan berbahasa lainnya yang telah ditentukan atau telah tertentukan dengan sendirinya. Sejauh ini, dapat dikatakan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah penyelidikan mengenai penyimpangan bahasa dari kaidah tata bahasa atau faktor-faktor kebahasaan lainnya untuk mengetahui keadaan, duduk perkara, penyebab, dan berbagai aspek lain yang ada di dalamnya. Sementara itu, menurut Tarigan 2021, hlm. 123 Analisis kesalahan berbahasa AKB adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdiri dalam sampel tersebut, pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasian berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengevaluasian keseriusannya. Artinya, prosedur ini akan merinci dengan seksama berbagai sampel kesalahan berbahasa dengan seksama untuk mengklasifikasikan dan mengevaluasi kesalahan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Setyawati 2017, hlm. 15 bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasikan kesalahan tersebut, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah prosedur penyelidikan mengenai kesalahan berbahasa yang dilakukan dengan mengumpulkan sampel sampel kesalahan, identifikasi kesalahan, pendeskripsian kesalahan, hingga pengelompokan keseriusan kesalahan-kesalahan tersebut agar dapat dievaluasi secara seksama. Jenis-Jenis Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa dapat terjadi karena beberapa alasan, mulai dari ketidaksengajaan karena performasi, kekeliruan yang bersifat acak karena kurangnya pemahaman konteks, hingga kesalahan murni yang melanggar kaidah dan tata bahasa. Corder 1974 membedakan kesalahan berbahasa menjadi tiga macam, jenis-jesni kesalahan berbahasa tersebut adalah sebagai berikut Lapses Penyimpangan Lapes atau penyimpangan adalah kesalahan berbahasa akibat penutur bahasa beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan kalimat selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk bahasa lisan, kesalahan ini disebut dengan “slip of the tongue” sedangkan untuk bahasa tulis, kesalahan ini disebut “slip of the pen”. Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya. Error Kesalahan Error atau kesalahan adalah kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh penutur yang melanggar kaidah atau aturan tata bahasa yang telah ditetapkan breaches of code. Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki kaidah tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga hal tersebut berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah. Mistake KekeliruanMistake atau kekeliruan adalah kesalahan berbahasa yang disebabkan oleh penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua B2. Kesalahan terjadi pada produk tuturan yang tidak benar. Perbedaan Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa Sementara itu, Setyawati 2017, hlm. 11-12 membedakan antara kesalahan error dan kekeliruan mistake berbahasa. Kesalahan Berbahasa Dalam kaitannya dengan kesalahan berbahasa, kata salah diantonimkan dengan betul, artinya apa yang dilakukan tidak betul, tidak sesuai norma, tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Hal tersebut bisa disebabkan oleh pemakai bahasa yang belum mengetahui norma atau kaidah yang berlaku. Kekeliruan Berbahasa Sedangkan kekeliruan berbahasa merupakan proses psikologis yang dalam hal ini menandai seseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada dirinya, khilaf menyebabkan sikap keliru dan kurang cermat dalam menggunakan norma atau kaidah yang ada. Selain itu, menurut Tarigan 2021 perbedaan antara kesalahan error dan kekeliruan mistake disajikan pada tabel berikut. No. Kategori Sudut Pandang Kesalahan Berbahasa Kekeliruan Berbahasa 1. Sumber Kompetensi Performasi 2. Sifat Sistematis, berlaku secara umum Acak, tidak sistematis, secara individual 3. Durasi Permanen Sementara/Temporer 4. Sistem Linguistik Sudah dikuasai Belum dikuasai 5. Produk Penyimpangan kaidah bahasa Penyimpangan kaidah bahasa 6. Solusi Dibantu oleh guru melalui latihan pengajaran remedial Diri sendiri siswa mawas diri, pemusatan perhatian Jenis Analisis Kesalahan Berbahasa Menurut Tarigan 2021, hlm. 145 terdapat empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa, yakni taksonomi kategori linguistik fonologi, morfologi, sintaksis, leksikon; taksonomi siasat permukaan; taksonomi komparatif; dan taksonomi efek komunikatif. Taksonomi Kategori Linguistik Taksonomi kategori linguistik adalah kesalahan berbahasa yang berdasarkan pada butir linguistik. Artinya, kesalahan berbahasa pada taksonomi ini dapat dikategorikan menjadi kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran fonologi antara lain dapat terjadi pada fonem, diftong, kluster dan pemenggalan kata. Beberapa sumber kesalahan berbahasa dalam tataran tersebut antara lain adalah sebagai berikut. Fonem /a/ diucapkan menjadi /e/. Fonem /i/ diucapkan menjadi /e/. Fonem /e/ diucapkan menjadi /é/. Fonem /é/ diucapkan menjadi /e/. Fonem /u/ diucapkan menjadi /o/. Fonem /o/ diucapkan menjadi /u/. Fonem /c/ diucapkan menjadi /se/. Fonem /f/ diucapkan menjadi /p/. Fonem /k/ diucapkan menjadi /?/ bunyi hambat glotal. Fonem /v/ diucapkan menjadi /p/. Fonem /z/ diucapkan menjadi /j/. Fonem /z/ diucapkan menjadi /s/. Fonem /kh/ diucapkan menjadi /k/. Fonem /u/ diucapkan/dituliskan menjadi /w/. Fonem /e/ diucapkan menjadi /i/. Fonem /ai/ diucapkan menjadi /e/. Fonem /sy/ diucapkan menjadi /s/. Kluster /sy/ diucapkan menjadi /s/. Penghilangan fonem /k/. Penyimpangan pemenggalan kata. Kesalahan Berbahasa Tataran Morfologi Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi bahasa Indonesia, antara lain adalah sebagai berikut. Salah penentuan bentuk asal. Fonem yang luluh tidak diluluhkan. Fonem yang tidak luluh diluluhkan. Penyingkatan morfem men-, meny-, meng-, dan menge- menjadi n, ny, ng, dan nge-. Perubahan morfem ber-, per-, dan ter- menjadi be-, pe-, dan te-. Penulisan morfem yang salah. Pengulangan yang salah. Penulisan kata majemuk serangkai. Pemajemukan berafiksasi. Pemajemukan dengan afiks dan sufiks. Perulangan kata majemuk. Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran sintaksis, antara lain adalah sebagai berikut. Penggunaan kata perangkai, dari, pada, daripada, kepada, dan untuk. Pembentukan kalimat tidak baku, antara lain Kalimat tidak efektif, Kalimat tidak normative, Kalimat tidak logis, Kalimat rancu, Kalimat ambigu, Kalimat pengaruh struktur bahasa asing. Kesalahan Berbahasa Tataran Leksikon Semantik Sumber kesalahan berbahasa dalam tataran semantik, antara lain Akibat gejala hiperkorek. Akibat gejala pleonasme. Akibat bentukan ambiguitas. Akibat diksi pemilihan kata. Taksonomi Siasat Permukaan Dalam taksonomi siasat permukaan, terdapat empat pengklasifikasian kesalahan berbahasa, yakni sebagai berikut. Omission Penghilangan Yakni kesalahan yang ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan yang benar. Contohnya kami membeli makanan yang enak di warung malah menjadi kami membeli makanan enak di warung. Addition Penambahan Dalam kesalahan berbahasa ini, penutur menambahkan satu atau lebih unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan dalam suatu frasa atau kalimat. Akibatnya, terjadi penyimpangan konstruksi frasa atau kalimat. Contohnya Para pemimpin-pemimpin negara itu seharusnya Para pemimpin negara itu. Misformation Kesalahbentukan Penutur membentuk suatu frasa atau kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa itu. Akibatnya konstruksi frasa atau kalimat menyimpang dari kaidah bahasa. Contohnya Ibu sedang mensapu rumah seharusnya Ibu sedang menyapu rumah. Misordering Kesalahurutan Dalam kesalahan berbahasa ini, penutur menyusun atau mengurutkan unsur-unsur bahasa dalam suatu konstruksi farasa atau kalimat di luar kaidah bahasa itu. Akibatnya, frasa atau kalimat itu menyimpang dari kaidah bahasa. Contohnya aku tidak tahu apa itu seharusnya aku tidak tahu yang dimaksud dengan hal itu Tarigan, 2021, hlm. 133. Taksonomi Komparatif Taksonomi komparatif merupakan klasifikasi kesalahan berbahasa yang didasarkan pada perbandingan antara struktur-struktur kesalahan B2 dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya. Salah satu kasus yang terjadi dalam kesalahan ini biasanya terjadi pada penggunaan bahasa Inggris pada orang yang bukan penutur aslinya termasuk orang Indonesia. Contohnya I not crying seharusnya I am not crying atau i’m not crying Taksonomi Efek Komunikatif Kesalahan pada taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca. Pusat perhatian tertuju pada pembedaan antara kesalahan-kesalahan yang seolah-olah menyebabkan salah komunikasi. Contohnya bahasa Indonesia banyak orang disenangi seharusnya bahasa Indonesia banyak disenangi orang-orang. Penyebab Kesalahan Berbahasa Menurut Setyawati 2017, hlm. 13-14 ada tiga kemungkinan seseorang dapat salah dalam berbahasa, antara lain adalah sebagai berikut. Terpengaruh bahasa yang lebih dahulu dikuasainya. Ini dapat berarti bahwa kesalahan berbahasa disebabkan oleh interferensi bahasa ibu atau Bahasa pertama B1 terhadap bahasa kedua B2 yang sedang dipelajari si pembelajar siswa. Dengan kata lain sumber kesalahan terletak pada perbedaan sistem linguistik B1 dengan sistem linguistik B2. Kekurangpahaman pemakai bahasa terhadap bahasa yang dipakainya. Kesalahan yang merefleksikan ciri-ciri umum kaidah bahasa yang dipelajari. Dengan kata lain, salah atau keliru menerapkan kaidah bahasa. Misalnya kesalahan generalisasi, aplikasi kaidah bahasa yang tidak sempurna, dan kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah bahasa. Kesalahan seperti ini sering disebut dengan istilah kesalahan intrabahasa intralingual error. Kesalahan ini disebabkan oleh a penyamarataan berlebihan, b ketidaktahuan pembatasan kaidah, c penerapan kaidah yang tidak sempurna, dan d salah menghipotesiskan konsep. Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna. Hal ini berkaitan dengan bahan yang diajarkan atau dilatihkan dan cara pelaksanaan pengajaran. Bahan pengajaran menyangkut masalah sumber, pemilihan, penyusunan, pengurutan, dan penekanan. Cara pengajaran menyangkut masalah pemilihan teknik penyajian, langkah-langkah dan urutan penyajian, intensitas dan kesinambungan pengajaran, dan alat-alat bantu dalam pengajaran. Langkah-Langkah Analisis Kesalahan Berbahasa Menurut Tarigan dan Tarigan 2021, hlm. 63-64 langkah-langkah analisis kesalahan berbahasa adalahsebagai Mengumpulkan data yaitu proses mengumpulkan sampel kesalahan berbahasa yang dilakukan peserta didik, bisa berupa karangan, hasil ulangan, dan sebagainya. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan kesalahan yaitu proses mengenali dan memilih kesalahan berbahasa pada sampel, dengan mengategorikan kesalahan-kesalahannya, contohnya kesalahan pelafalan, pengabungan kata, pembentukan kata, atau pun penyusunan kalimat. Mengurutkan kesalahan yaitu proses menyusun kesalahan, mulai dari penyebab kesalahannya, kemudian memberikan contoh yang benarnya. Menjelaskan kesalahan yaitu proses memberikan gambaran terkait letak kesalahan, kemudian menjelaskan penyebab kesalahannya, dan diakhiri dengan memberikan contoh yang benar. Memprakirakan atau memprediksi yaitu memperkirakan daerah kebahasaan yang tengah dipelajari, dan berpotensi memunculkan kesalahan berbahasa. Mengoreksi kesalahan yaitu membetulkan serta meminimalisir terjadinya kesalahan, dengan cara menyiapkan bahan yang tepat, buku yang baik sebagai pegangan, dan kesesuaian teknik pengajaran. Referensi Setyawati, Nanik. 2017. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Teori dan Praktik. Surakarta Yuma Pustaka. Tarigan dan Tarigan. 2021. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung Angkasa.
Manusia dan bahasa adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Manusia sebagai mahkluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa ada manusia lain. Dalam hidupnya, manusia selalu membutuhkan manusia lain. Oleh sebab itu, manusia membutuhkan bahasa untuk menjalin komunikasi dengan manusia lain sehingga terpenuhi kewajiban moral manusia sebagai mahkluk sosial. Dalam hal ini, bahasa memainkan fungsinya sebagai alat komunikasi. Saat ini, berbagai media komunikasi berkembang sangat pesat. Salah satu medianya adalah melalui iklan di berbagai media. Meski dengan wujud yang berbeda, tetapi tetap saja bahasa menjadi hal utama dalam penyampaiannya. Iklan sendiri dapat dijumpai setiap saat dan di manapun manusia berada. Perkembangan media informatika semakin membuat itu menjadi lebih bervariasi. Hampir setiap hari manusia disajikan berbagai iklan baik itu di majalah, koran, televisi, radio, internet, bahkan di sepanjang jalan iklan dapat dijumpai. Iklan sendiri dianggap sebagai media yang cukup efektif dalam menyampaikan informasi kepada khalayak ramai. Monle Lee dan Carla Johnson mendefinisikan iklan sebagai sebuah komunikasi komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail pengeposan langsung, reklame luar ruang, atau kendaraan umum 20043. Iklan merupakan media komunikasi massa. Pemanfaatan bahasa dalam iklan disesuaikan dengan kebutuhan dan demi tercapainya maksud iklan itu sendiri. Secara khusus iklan di televisi lebih menekankan bahasa tutur dalam menyampaikan maksudnya kepada orang lain. Hal itu dapat diungkapkan oleh penutur dengan menggunakan kalimat imperatif, deklaratif, maupun introgatif dengan maksud tercapainya pesan kepada masyarakat. Menurut Rot Zoill melalui Rendra Widyatama 2005147 menjabarkan fungsi iklan dalam empat fungsi. Keempat fungsi tersebut akan dijabarkan sebagai berikut Iklan berfungsi untuk mempercepat berubahnya suatu kondisi dari keadaan yang semula tidak dapat mengambil keputusan menjadi dapat mengambil keputusan. Sebagai contoh adalah meningkatkan permintaan, menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang sebuah produk. Iklan berfungsi untuk membangkitkan khalayak sesuai pesan yang diiklankan. Hal ini meliputi daya tarik emosi, menyampaikan informasi tentang ciri suatu produk, dan membujuk konsumen untuk membeli. c. Fungsi Reinforcement meneguhkan sikap Iklan mampu meneguhkan keputusan yang telah diambil oleh khalayak. Iklan mampu mengingatkan dan semakin meneguhkan terhadap produk yang diiklankan. Iklan di televisi memiliki kecendrungan menggunakan tindak tutur lisan yang berbeda antara iklan satu dengan yang lain. Dengan kata lain, iklan di televisi cenderung menggunakan bahasa percakapan. Percakapan itu sangat membantu menjelaskan maksud percakapan sehingga kalimat yang digunakan kalimat efektif. Bahkan jenis iklan yang sama pun memiliki tindak tutur yang berbeda pula. Berbagai iklan yang ditayangkan di televisi memiliki keragaman demi menjaring konsumennya dengan pengemasan bahasa yang semenarik mungkin. Bahkan demi menjaring konsumen, setiap iklan menunjukkan keunggulan barang yang diiklankan. Selain itu, iklan kerap kali ditayangkan berulang kali sehingga akan semakin memberikan kesan yang dalam kepada konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Hal ini mempunyai maksud konsumen akan selalu ingat dengan tidak mempedulikan produk sejenis. Informasi iklan mempunyai empat unsur yang menjadi pembangun wacana iklan, yaitu pengiklan, barang atau jasa yang diiklankan, iklan, dan sasaran iklan. Termasuk di dalam unsur pengiklan adalah pihak yang punya produk barang jasa yang diiklankan dan biro jasa periklanan atau pembuat iklan. Masing-masing subunsur itu biasanya hadir dengan keperluannya masing-masing. Pemasang iklan hadir dengan keperluan agar produk, jasa, atau imbauan-imbauannya dapat sampai ke sasaran iklan secara efektif. Hal ini tidak berarti bahwa biro iklan tidak punya pengetahuan tentang konsumen bahkan ada biro iklan yang amat bertanggung jawab pada masyarakat sehingga berani menolak membuat iklan-iklan tertentu tetapi pengetahuannya tentang selera konsumen hanya merupakan faktor pendukung saja dalam memproduksi iklan. Iklan sendiri, baik iklan yang komersial, nonkomersial, maupun iklan korporasi, pada dasarnya adalah satu bentuk wacana direktif atau imperatif yang tertuang dalam bahasa audio, visual, dan verbal. Fungsi direktif dan imperatif iklan disampaikan melalui media suara audio, media gambar visual, dan media bahasa verbal. Bahasa yang digunakan di dalam iklan selalu memberi sugesti atau mengarahkan masyarakat agar mengkonsumsi atau melakukan aksi tertentu. Sebagai komunikasi yang efektif, iklan harus mampu membangun persepsi masyarakat konsumen menjadi seperti yang dikehendaki pemasang dan pembuat iklan, yaitu bahwa menggunakan barang dan jasa yang diiklankan atau melakukan aksi seperti yang dimbau dalam iklan akan mendatangkan sangat banyak manfaat kepada konsumen dan juga masyarakat secara umum. Bagian dalam iklan, secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua bagian pokok, yaitu bagian deskripsi dan bagian direktif. Dalam iklan-iklan panjang, misalnya iklan dalam bentuk advertorial, bagian deskripsi lebih dominan daripada bagian direktifnya. Bahkan, bagian direktifnya sering juga ditiadakan. Iklan seperti itu umumnya ditujukan kepada konsumen yang telah mempunyai kematangan analisis sehingga makna imperatif dari iklan itu dapat dibangun sendiri dengan mengembangkan hubungan kausalitas dari fakta yang diuraikan dalam iklan. Dalam iklan-iklan pendek, biasanya bagian direktif menjadi lebih dominan kecuali jika makna direktifnya dapat dipahami secara mudah atau telah menjadi pemahaman bersama. Boleh dikatakan, semakin panjang iklan semakin dominan unsur deskriptifnya. Keberhasilan sebuah iklan diawali dengan keberhasilan seorang penulis naskah iklan copywriter. Seorang penulis naskah iklan dituntut punya kemahiran berbahasa yang memadai. Dengan modal kemahiran berbahasa yang memadai, penulis naskah iklan dapat memainkan bahasanya hingga memperoleh efek yang diinginkan. Dalam iklan Indonesia, kemahiran berbahasa Indonesia saja ternyata tidak cukup. Pemahaman atau penguasaan ragam bahasa bahkan juga berbagai bahasa daerah di Indonesia menjadi kemahiran penting juga bagi penulis naskah iklan Indonesia. Kadang-kadang ambiguitas yang dibangun dari keragaman bahasa, menjadi pengingat verbal yang baik. B. Ragam, Sifat, dan Prinsip Bahasa Jurnalistik Bahasa jurnalistik merupakan salah satu cabang ilmu jurnalistik. Jurnalistik adalah ilmu yang terus berkembang berdasarkan norma-norma yang ada. Di Indonesia, ilmu jurnalistik ini harus disesuaikan dengan falsafah Negara kesatuan republik Indonesia yaitu Pancasila Patmono, 19931. Ilmu jurnalistik mempunyai landasan yang kuat dan manfaat jelas yakni landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Sugono 2009 15 mengelompokkan ragam bahasa jurnalistik ke dalam ragam bahasa berdasarkan pokok persoalan. Perbedaaan setiap ragam ditandai dengan kata-kata yang khas digunakan untuk setiap ragam. Kata-kata seperti cetakan, tulisan, dan editor banyak digunakan dalam ragam jurnalistik. Ragam bahasa jurnalistik memiliki kaidah tersendiri yang membedakan dengan ragam lain. Menurut Anwar dalam Efendi, 200865 bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang digunakan walaupun dalam menulis karya-karya jurnalistik di media massa. Karakteristik bahasa jurnalistik dipengaruhi banyak hal yang terkait dengan penentuan masalah, jenis tulisan, pembagian tulisan, dan sumber. Leech mengemukakan empat prinsip retorika tekstual yang harus dimiliki agar bahasa jurnalistik mudah dipahami, keempat prinsip itu antara lain 1. Prinsip prosesibilitas menganjurkan agar teks dapat disajikan sedemikian rupa sehingga mudah dipahami pembaca. Dalam proses memahami pesan, penulis harus menentukan a bagaimana membagi pesa-pesan menjadi satuan; b bagaimana tingkat subordinasi dan seberapa penting masing-masing satuan; c bagaimana mengurutkan satuan-satuan pesan itu. 2. Prinsip kejelasan, yaitu agar teks mudah dipahami. Prinsip ini menganjurkan agar teks tidak ambigu. Teks yang tidak ambigu memudahkan pembaca untuk memahami. 3. Prinsip ekonomi, yakni teks harus ditulis sesingkat mungkin tanpa harus merusak pesan. 4. Prinsip ekspresivitas, prinsip ini menganjurkan agar teks dikontruksikan selaras dengan aspek-aspek pesan. Bahasa jurnalistik mempunyai sifat yang khas dan unik. sifat ini menjadi ciri khas dari bahasa jurnalistik walaupun menyalahi tata bahasa. Bahasa jurnalistik dikenal juga bahasa pers. Bahasa jurnalistik merupakan bahasa kreatif dalam bahasa Indonesia. Bahasa sifat khas jurnalistik yakni sebagai berikut 1. Singkat, artinya bahasa harus menghindari penjelasan yang panjang dan tidak penting. 2. Padat, artinya bahasa jurnalistik harus mampu menyampaikan informasi secara lengkap. Menerapkan prinsip 5 W dan 1 H, membuang kata-kata mubazir, dan menerapkan prinsip ekonomi kata. 3. Sederhana, artinya bahasa jurnalistik sedapat-dapatnya memilih kalimat tunggal sederhana, bukan kalimat majemuk yang panjang, rumit, dan kompleks. 4. Lugas, artinya bahasa jurnalistik menyampaikan informasi secara langsung. 5. Menarik, artinya dengan menggunakan pilihan kata yang hidup, tumbuh, dan berkembang. 6. Jelas, artinya informasi yang disampaikan dengan mudah dapat dipahami oleh khalayak umum. C. Bahasa Iklan dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat Iklan merupakan media promosi bagi kalangan yang ingin menginformasikan antara lain, barang ide, dan jasa. Untuk menyampaikan informasi atau pesan dalam iklan, digunakan bahasa. Penggunaan bahasa dalam iklan bertujuan untuk mempengaruhi pembaca atau pendengar. Dengan demikian, pembuat semenarik mungkin sehingga tujuan atau fungsi persuasif dapat dicapai. Pada kesempatan ini akan dibahas bahasa iklan dari segi strukturnya. Struktur bahasa yang dibahas dikelompokkan berdasarkan tataran bahasa yakni; frase, klausa dan kalimat. Setiap tataran akan dibahas struktur dan maknanya. Dia samping itu, dibahas juga informasi dan maksud yang disampaikan oleh iklan. Teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah ini adalah menyangkut instruktur bahasa. Teori struktur bahasa yang digunakan antara lain, frase, klausa, dan kalimat. Bahasa dalam iklan dapat dijelaskan berdasarkan tataran bahasa yaitu frase, klausa, dan kalimat. Frase dalam teks iklan ada dua tipe yaitu frase endosentris dan eksosentris. Frase endosentris dapat dibedakan menjadi eksosntris. Frase endosentris dapat dibedakan menjadi endosentris yang koordinatif, endosentris yang atributif dan endosentris yang apositif. Selanjutnya frase eksosentris dapat dibedakan menjadi eksosentris yang direktif preposional, dan yang nondirektif. Klausa adalah teks iklan berdasarkan kategori, kata atau frase yang menduduki P ada dua jenis yaitu klausa verbal dan klausa nonverbal. Klausa verbal terdiri atas klausa transitif dan verbal intransitif. Sebaliknya, klausa nonverbal terdiri atas lima jenis yaitu, klausa adjektif, klausa nominal, klausa numeral, dan klausa depan. Kalimat dalam teks iklan berdasarkan jumlah klausa pembentukan kalimat terdiri atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Informasi yang disampaikan melalui teks iklan adalah membeikan penjelasan tentang barang yang dipromosikan. Sebaliknya, maksud yang disampaikan adalah pemujian dan pengajakan terhadap hal yang dipromosikan. D. Penyimpangan Bahasa Iklan dan Contoh Analisis Kesalahan Bahasa Iklan Terdapat beberapa penyimpangan bahasa iklan dari kaidah bahasa Indonesia baku, yakni 1. Penyimpangan Klerikal Ejaan dan Tanda baca Kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai di dalam surat kabar, baik media cetak maupun media elektronik seperti iklan di televisi. Kesalahan ejaan juga terjadi dalam penulisan kata. Kesalahan tanda baca dapat dijumpai dalam penggunaan tanda titik ., tanda koma ,, tanda hubung -, dan lain-lain. Jika dilihat dari segi ejaan, bahasa iklan sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia. Namun, masih terdapat ejaan khas yang menimbulkan kesalahan. Penggunaan tanda titik . dan tanda koma , untuk kalimat deklaratif sering dilupakaan dalam iklan. Kalimat-kalimat iklan sering melupakan tanda titik sehingga menimbulkan kalimat dalam iklan seolah-olah sebuah judul karangan. Contoh kalimat iklan, antara lain v Lebih dari oli pelumas berteknologi iklan Oli Castrol di Trans 7 v Diputer, dijilat, dicelupin makan oreo iklan Oreo di Trans TV 2. Penyimpangan gramatikal yang terdiri atas Pemenggalan kata ketika ganti baris terkesan asal penggal saja. Kesalahan ini disebabkan pemenggalannya menggunakan program komputer berbahasa Inggris. Hal ini sebenarnya sudah bisa diantisipasi dengan program pemenggalan bahasa Indonesia. Contoh pemenggalan kata yang salah tersebut antara lain v Surya 12, taklukkan tantanganmu! iklan Surya 12 di RCTI v Awali dengan sikat gigi, tuntaskan dengan Listerine. iklan Listerine di Trans TV b. Penyimpangan Morfologis Penyimpangan ini sering ditemui dalam pemakaian kata kerja tidak baku dengan penghilangan afiks. Afiks pada kata kerja yang berupa prefiks atau awalan dihilangkan. Begitu juga pada penggunaan frase atau kelompok kata. Kesalahan yang sering terjadi pada aspek morfologi adalah penggunaan afiksasi yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa indonesia. Kata-kata dalam bahasa Indonesia sering diberi afiksasi yang salah. Kesalahan ini dipandang sebagai hal yang wajar sehingga pembaca baca penikmat iklan menganggap sesuatu yang benar. Contoh kalimat iklan v Pembersih porselin, nggak bikin cape dech…..!!! iklan WPC di indosiar. v Alaminya bikin semua kebaikan. iklan The Gelas di RCTI Kesalahan berupa pemakaian tata bahasa dan sruktur kalimat yang kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian. Hal ini disebabkan karena logika yang kurang bagus. Kesalahan dalam sintaksis terjadi karena logika yang kurang bagus. Kesalahan berupa tata bahasa atau struktur kalimat yang kurang benar sehingga menyalahkan pengertian. Contoh kalimat iklan v Tumbuh tuh ke atas, enggak ke samping iklan Cerebrovit di RCTI v Nyaman kapan aja! iklan Laurier di Trans 7 Kesalahan atau penyimpangan ini sering dilakukan dengan alasan kesopanan atau meminimalkan dampak buruk pemberitaan. Kadang kala bahasa iklan mengangkat diksi yang berbaur kekerasan dan menimbulkan suatu pertikaian antar pihak karena bahasa yang digunakan sangat menyinggung pribadi tertentu. Kesalahan pada aspek semantik terjadi karena penggunaan prinsip kesopanan atau lebih meminimalkan dampak buruk penyajiaan iklan. Kesopanan yang digunakan menyebabkan terjadi pemilihan kata-kata yang kurang cocok. Contoh kalimat Iklan v Energen untuk menang tiap hari.iklan Energen di Trans TV v Rinso cair, menghilangkan noda 2X lebih efektif. iklan Rinso di Global TV 4. Penyimpangan Aspek Kewacanaan Penyimpangan bahasa iklan dari aspek kewacanaan dilihat dari makna bahasa yang berkaitan dengan aktivitas dan sistem-sistem di luar bahasa. Bahasa iklan merupakan teks wacana dari bentuk pemakaian bahasa yang diatur oleh sistem sosial budaya. Analisis fungsional menekankan pada makna sosial dan makna budaya. Pemakaian bahasa dalam iklan dengan makna yang terselubung berarti memberikan informasi yang tidak akurat, tidak disampaikan secara terbuka tetapi dibungkus oleh tuturan yang diperhalus, diajarkan atau dipositifkan. Jika dihubungkan dengan peristiwa tutur maka bahasa iklan seharusnya mampu mewujudkan tiga unsur peristiwa tutur, yaitu a. Field yaitu berhubungan dengan apa yang sering terjadi pada bidang tertentu b. Tenor yaitu berkaitan dengan partisipan yang tersangkut dalam interaksi verbal c. Mode yaitu berkaitan dengan pemilihan bentuk bahasa yang harus digunakan dalam bentuk interaksi. Contoh kalimat iklan yang menyimpang dari aspek kewacanaannya, antara lain v Molto ultra wanginya lebih lama dan tak terkalahkan. iklan molto ultra di SCTV v Jupiter ZR, yang lain ketinggalan. iklan motor Jupiter ZR di SCTV 5. Peminjaman Istilah-istilah atau Perkataan-perkataan Asing yang Populer di Masyarakat Penggunaan istilah-istilah asing banyak dijumpai dalam media massa padahal pengganti istilah asing sudah diserap dalam istilah bahasa Indonesia. Contohnya saja dari aspek kosa katanya. Kosa kata yang digunakan dalam iklan banyak mengunakan bahasa asing dan bahasa daerah. Penggunaan kata tersebut seharusnya mengikuti aturan tata bahasa Indonesia. Penggunaan kata asing dan daerah seharusnya dimiringkan tetapi di dalam bahasa iklan tidak ditulis miring. Kesalahan dalam bahasa iklan pada umum terjadi pada aspek kosa kata. Contoh kalimat iklan tersebut, yaitu v Suzuki way of life!! iklan Suzuki di RCTI Sonice, enak bro!!iklan Sonice di TRANS TV
analisis kesalahan berbahasa pada iklan televisi