Kawasan Waduk Jatiluhur di Purwakarta, Jawa Barat, Media Vietnam Ikut "Heboh" Soal Rencana PSSI Pindah dari AFF ke
SejarahSingkat Waduk Jatiluhur Purwakarta. Waduk Jatiluhur merupakan sebuah bendungan terbesar di Indonesia dengan luas mencapai sekitar 8.300 hektar dan mempunyai panorama yang sangat indah. Waduk ini mulai dibangun pada tahun 1957 ketika pemerintahan Soekarno. Dengan potensi air yang tersedia sebanyak 12.9 miliar m3 per tahunnya.
Pesonaalam yang asri memang tak pernah lelah untuk memanjakan para traveler. Jika membahas pesona alam, tentu yang sering berseliweran adalah pantai atau gunung. Tapi tahukah kamu bahwa ernyata
Jalanjalan ke waduk Jatiluhur di Purwakarta, ternyata nggak kalah asyik loh dengan wisata di tempat lain. Begitu kita keluar di exit tol Jatiluhur, petunjuk ke arah waduk Jatiluhur sangat jelas. Tinggal mengikutinya, dijamin sampai ke tempat tujuan ini. Jalan menuju ke sana halus mulus dan tidak macet.
PemkabPurwakarta membangun jalan di sekitar Waduk Jatiluhur. Dengan adanya jalan itu masyarakat tidak perlu lagi menggunakan perahu untuk menuju pusat kota.
Vay Tiį»n Trįŗ£ Góp 24 ThĆ”ng. Lokasi Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat Map Klik Disini HTM Weekdays Weekend Buka Tutup ā WIB Berkunjung ke Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terasa masih belum lengkap sebelum singgah ke Waduk Jatiluhur. Ungkapan tersebut muncul bukan hanya karena Waduk Jatiluhur merupakan bendungan terbesar di Indonesia, tapi juga karena kawasan di sekitar bendungan ini menyajikan panorama alam yang luar biasa indah. Selain itu, pengunjung juga bakal dimanjakan dengan berbagai macam fasilitas untuk melengkapi aktifitas berwisata, karena kawasan di sekitar bendungan memang difungsikan sebagai objek pariwisata, sama seperti bendungan-bendungan raksasa lainnya yang ada di Indonesia. Seperti Waduk Karangkates, Waduk Kedung Ombo, Waduk Gajah Mungkur, Waduk Batu Tegi serta yang lain. foto by Sejarah Singkat ā¤ļøMitos Kisah Misteriā¤ļøRute Menuju Lokasiā¤ļøPesona Waduk ā¤ļøHarga Tiket Masuk ā¤ļøFasilitasā¤ļø Sejarah Singkat ā¤ļø Proses pembangunan Waduk Jatiluhur dimulai sejak tahun 1957 dengan ditangani oleh perusahaan kontraktor asal Perancis, āCompagnie Francaise Dāentrepriseā. Waduk ini dibangun untuk membendung Sungai Citarum yang memiliki daerah aliran sungai seluas km2. Peletakan batu pertama dari proyek yang memakan anggaran sebesar US$ 230 juta tersebut dilakukan oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno. Sedang peresmiannya dilaksanakan pada 26 Agustus 1967 oleh Presiden Soeharto. Bendungan ini sebenarnya memiliki nama āWaduk Juandaā. Nama tersebut diberikan guna mengenang jasa dari Perdana Menteri RI terakhir, karena beliaulah yang memperjuangkan terealisasinya proyek pembangunan bendungan terbesar di Indonesia tersebut. Untuk membangun Waduk Jatiluhur, sebanyak 14 desa ditenggelamkan, dan penduduk sejumlah orang dipindahkan ke daerah-daerah yang ada di sekitar bendungan serta ke Kabupaten Karawang. foto by Waduk ini memiliki multifungsi, dengan fungsi utama sebagai pembangkit tenaga listrik yang mampu menghasilkan listrik rata-rata juta kwh pertahun yang pengelolaannya dilakukan Perum Jasa Tirta II. Fungsi lain dari Waduk Jatiluhur adalah sebagai penyedia air irigasi untuk mengairi sawah seluas ha, sebagai tempat budidaya ikan air tawar, sebagai penyedia air baku industri dan PDAM dan sebagai pengendali banjir. Dengan beragam fungsi yang ada tersebut, membuat TMA Tinggi Muka Air yang ada di bendungan ini senantiasa diperhatikan, guna menghindari eutrofikasi yang dapat mengganggu sistem irigasi air baku yang disuplai dari waduk. Salah satu metode pengendalian yang dilakukan adalah dengan menjaga ekosistem serta pengoperasian Hollow Jet Valve HJV, sehingga sistem irigasi bendungan dapat beroperasi sebagaimana yang direncanakan. Mitos Kisah Misteriā¤ļø Sama halnya dengan danau-danau alami dan danau-danau buatan lainnya yang ada di Indonesia, sejumlah cerita misteri ikut mewarnai keberadaan Waduk Jatiluhur. Kisah tentang hantu-hantu dan penampakan makhluk tak kasat mata tersebut menjadi semakin dipercaya oleh warga sekitar, karena pada kenyataannya setiap tahun selalu saja ada orang-orang yang tewas tenggelam di kawasan bendungan. foto by Salah satu cerita misteri yang bersumber dari penuturan penduduk sekitar dan sampai kini masih kerap diceritakan adalah kisah tentang Mbah Jawer. Konon dulu ada bayi yang dihanyutkan di aliran Sungai Citarum oleh orangtuanya, karena malu dengan keberadaan bayi tersebut yang pada dahinya terdapat pial atau jengger atau dalam bahasa Sunda Jawer. Bayi yang hanyut di aliran sungai tersebut kemudian diselamatkan oleh bangsa jin dan menjadi bagian dari alam ghaib. Karena marah pada orangtua yang telah mencampakkannya, bayi yang sudah menjadi kakek-kakek itu kemudian melampiaskan dendamnya kepada penduduk dari desa tempat orang tuanya berasal. Bayi yang kemudian dikenal dengan sebutan Mbah Jawer itu kerap menengelamkan penduduk sekitar yang melanggar pantangan. Sehingga pada awal-awal dibangunnya Waduk Jatiluhur banyak warga sekitar yang lebih memilih jalur transportasi darat untuk bepergian ke tempat lain daripada menyeberangi Sungai Citarum. Itu sebabnya masyarakat di sekitar Jatiluhur masih banyak yang berpendapat bahwa Sungai Citarum dan Bendungan Jatiluhur merupakan kawasan yang angker. foto by Kisah misteri lainnya yang ada di bendungan ini adalah tentang adanya Alligator Fish atau ikan dengan kepala menyerupai aligator sebesar perahu. Keberadaan ikan ini konon karena adanya jaring apung tempat penangkaran Alligator Fish milik petani ikan yang jebol. Ikan-ikan yang selanjutnya memasuki kawasan perairan Waduk Jatiluhur tersebut tumbuh dan berkembang biak, bahkan dengan ukuran yang sangat besar. Bukti dari keberadaan ikan dengan wajah menyeramkan ini adalah seringnya jaring apung milik petani ikan yang jebol. Selain itu, beberapa ikan ini juga beberapa kali tersangkut jaring nelayan yang mencari ikan di kawasan waduk. Alligator Fish yang tertangkap nelayan itu ada yang berbobot 5 kg, 8 kg hingga 15 kg. Terlepas dari sejumlah kisah misteri yang menyelimuti Waduk Jatiluhur, keindahan alam yang membalut bendungan ini merupakan anugerah Tuhan yang patut untuk dinikmati. Rute Menuju Lokasiā¤ļø foto by Dengan alamat di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat, Waduk Jatiluhur berjarak sekitar 9 km dari pusat kota Purwakarta, dimana lokasinya ada di atas ketinggian bukit dengan akses jalan berkelak-kelok sehingga harus hati-hati dan waspada. Namun demikian, kondisi jalan bisa dibilang sempurna serta dapat dilewati oleh kendaraan jenis apa saja termasuk bus. Bagi wisatawan yang menggunakan angkutan umum, dapat menggunakan bus antar kota yang melewati jalur Purwakarta ā Bandung dan berhenti tepat di depan jalan yang menuju pintu masuk Waduk Jatiluhur. Jika dari pusat Kota Purwakarta dapat naik angkot 03 berwarna merah kuning dan turun di Pasar Bunder. Selanjutnya pindah angkot 011 berwarna merah hitam yang akan membawa penumpang langsung menuju ke kawasan bendungan. Wisatawan yang datang dengan menggunakan kendaraan pribadi, jika datang dari luar kota bisa melewati Tol Cikampek dan keluar di Pintu Tol Jatiluhur. Selanjutnya belokkan kendaraan ke kiri dan sekitar 300 meter dari pintu tol akan Anda temukan sebuah pertigaan yang bagian tengahnya dihiasi patung Semar. Beloklah ke kiri, ke arah jalan yang menanjak sebelum akhirnya bertemu dengan Pertigaan Pasar Bunder. Di pertigaan tersebut, ambil jalan yang ke arah kanan dan terus saja berjalan lurus hingga melewati Jembatan Tol Cipularang. Begitu bertemu dengan pertigaan lagi, pilih jalan yang lurus dan menanjak. Sekitar 6 km di depan, Anda akan tiba di lokasi yang dituju. Pesona Waduk ā¤ļø foto by Indahnya danau buatan berpagar pepohonan dengan latar belakang bebukitan dan Gunung āTiga Menaraā, menjadi suguhan utama bagi wisatawan yang berkunjung ke Waduk Jatiluhur. Begitu mempesonanya pemandangan yang ada di tempat ini, membuat siapapun akan betah berlama-lama. Keindahan tersebut akan tampak lebih sempurna, jika dilihat dari tengah bendungan sambil mancing ikan dengan menggunakan kapal atau perahu yang dapat disewa dari para nelayan. Aktifitas memancing ini banyak dilakukan oleh wisatawan serta komunitas mancing yang datang berkunjung ke sini, karena di kawasan perairan bendungan memang menjadi habitat dari berbagai jenis ikan. Di tengah bendungan juga terdapat rumah makan apung dengan sajian utama ikan bakar. Bersantap di atas air dengan view indahnya panorama alam, tentu akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. foto by Pengunjung yang datang ke kawasan bendungan, juga dapat melihat aktifitas budidaya ikan dengan menggunakan keramba. Terdapat beberapa jenis ikan yang dibudidayakan di dalam keramba tersebut, seperti ikan mas, sepat, nila dan mujair. Namun yang paling mengundang perhatian adalah ikan patin, karena agresif dan seringkali melompat-lompat. Sejumlah fasilitas olah raga dan permainan juga telah disiapkan bagi para wisatawan, seperti kano, selancar angin, ski air, speed boat, serta yang lain. Untuk dapat memanfaatkan fasilitas tersebut tentunya tidak gratis dan dengan harga yang bervariasi tergantung dari jenis fasilitas yang ingin digunakan. Puas bermain di kawasan perairan bendungan, pengunjung dapat melanjutkan aktifitas berwisata lainnya yang ada di tempat ini, seperti bersantai di Grama Tirta, berbelanja ikan di tempat pengumpulan ikan yang disebut Servis, naik kereta gantung yang melintas di atas kawasan perairan atau menuju ke waterboom. foto by Jika waterboom yang dijadikan pilihan, pengunjung akan menjumpai 4 buah kolam yang terdiri dari kolam dangkal, kolam anak, kolam dewasa dan kolam renang olimpyc. Jika dibandingkan dengan Snowbay Watertainment yang ada di TMII, Atlantic Water Adventure yang ada di Ancol atau Circus Waterpark yang ada di Bali, Waterboom yang ada di jatiluhur ini memang tidak ada apa-apanya. Namun ada kenikmatan tersendiri saat berenang di jernihnya air kolam Waterboom Jatiluhur, yaitu berenang sambil menikmati keindahan alam. Harga Tiket Masuk ā¤ļø Untuk dapat memasuki objek wisata Waduk Jatiluhur, pengunjung dikenakan harga tiket masuk sebesar pada hari Senin ā Jumat dan pada hari Sabtu dan Minggu serta hari libur. HTM tersebut belum termasuk ongkos parkir sebesar untuk motor dan untuk mobil. Harga tiket tersebut hanya berlaku untuk memasuki kawasan wisata dan belum termasuk tarif masuk lokasi waterboom yang harga tiketnya sebesar untuk weekdays dan untuk weekend. Fasilitasā¤ļø Jika ingin memanfaatkan sejumlah fasilitas di tempat wisata, pengunjung masih harus membayar lagi dengan nilai yang bervariasi, tergantung dari fasilitas yang ingin digunakan. Untuk sewa kapal misalnya seharga jetski begitu juga dengan fasilitas yang lain. Karena pengelolaan tempat wisata ini sudah dilakukan dengan profesional, masalah fasilitas tidak perlu diragukan. Semua fasilitas sebagaimana layaknya sebuah tempat wisata dapat ditemui di tempat ini, seperti information center, kamar mandi dan toilet, mushollah, playground, outbond area, camping ground, bilyard, lapangan tenis, serta fasilitas yang lain. foto by Bagi yang ingin bersantap sambil menikmati pesona Waduk Jatiluhur, dapat menuju Area Resto yang merupakan tempat berkumpulnya restoran dan rumah makan dengan menu utama ikan bakar. Namun, terdapat juga menu yang lain, seperti bakso, soto, nasi uduk, ayam goreng, ayam bakar, dan sebagainya. Jika ingin menikmati suasana santai sambil minum kopi serta minuman lainnya, dapat menuju ke kawasan resort yang diberi nama āGrama Tirtaā. Sedang untuk yang ingin menghabiskan malam di sekitar kawasan bendungan, tersedia sejumlah penginapan yang dapat dipilih, mulai dari hotel, bungalow sampai dengan villa. Di sini juga terdapat hotel bintang tiga yang bernama āGraha Vidyaā. sebagaimana hotel pada umumnya, Hotel Graha Vidya memiliki fasilitas yang lengkap, mulai dari longe, tempat karaoke, restoran sampai dengan ballroom untuk acara meeting, gathering serta acara-acara yang lain. Aktif menulis sejak tahun 1990 sampai Sekarang. Naskah pernah dimuat di berbagai media nasional. Sebanyak 13 judul buku untuk anak-anak telah diterbitkan di beberapa penerbit, seperti Grasindo, Gema Insani Press, SIC, dll. Web
Penulis tiba di stasiun Purwakarta pukul WIB, setelah perjalanan 1,5 jam dengan kereta lokal Walahar ekspres dari Cikarang baca selengkapnya di Solo Traveling ke Purwakarta dengan Kereta Lokal. Penulis bergegas keluar dari stasiun dan celingukan mencari angkot nomor 03 berwarna merah tujuan Terminal Ciganea. Setelah ketemu penulis pun masuk dan memastikan lagi ke pak sopirnya. Berjalan sendirian atau solo traveling ini harus sering bertanya agar tidak salah naik, meski penulis sudah sempat mencari info mengenai angkot ke waduk Jatiluhur."Pak, ini betul kan angkot ke Terminal Ciganea?" Tanya penulis"Betul dek, kamu mau lanjut naik bus ke Bandung ya?" jawab pak sopir."nggak pak, saya mau main ke waduk jatiluhur""oh gitu... kalau ke Jatiluhur nanti saya turunin ke simpangannya saja, nanti kamu lanjut naik angkot nomor 11" "Baik pak"Setelah turun dari angkot nomor 03 dan membayar ongkos Rp penulis melihat angkot nomor 11 berwarna merah yang sedang ngetem di pinggir jalan. Namun karena perut belum diisi, penulis mencari tempat sarapan terlebih dahulu dan ketemu warung nasi kuning. Lokasi nyarap menghadap ke jalan raya jadi keliatan kendaraan yang lalu-lalang. Angkot nomor 11 pun sudah dua kali lewat ketika penulis sarapan. Lucunya adalah ketika selesai dan sudah siap untuk berangkat malah lama nunggu angkotnya lewat D ada kali 10 menitan nunggu. "Dek, mau diturunin dimana?" tanya pak sopir."Di pinggir waduknya aja pak" Bapaknya terlihat mengerenyitkan dahi yang kelak nantinya penulis tau maksudnya. Penulis pun minta diturunkan ketika melihat tulisan mural "Jatiluhur" seberang waterpark. Penulis membayar ongkos sebesar Rp Wah salah tempat turun nih dalam hati, karena lokasinya sepi dan view nya bukan seperti yang penulis harapkan. Penulis melihat tiga orang sebaya yang sedang duduk-duduk, lalu bertanya sambil memperlihatkan foto dari internet. "Bang, kalau mau ke tempat yang di foto ini gimana ya?" tanya penulis. "Wah kalau ini di Pelabuhan Biru bang" kata abangnya. "kalau jalan kaki berapa lama bang?"tanya penulis. "Masih agak jauh bang, saya antar pakai motor aja deh".Syukurlah ketemu orang baik, abangnya jelasin angkot yang nomor 11 itu melewati pelabuhan biru juga dan rute terakhirnya di Dermaga Servis. Harusnya penulis ngasih lihat foto yang ingin didatangi ke pak supir angkot tadi agar tidak salah tempat turun wkwk. Tibalah Penulis di Pelabuhan Biru, senyum mengembang ketika melihat pemandangan perbukitan menghijau. "Gak usah bang, jangan !. saya ikhlas kok" Abang yang nganter menolak pemberian uang Penulis sebagai bentuk terima kasih karena telah di antar. Hari Sabtu orang yang datang di Pelabuhan Biru Jatiluhur nampak sepi, hanya ada pedagang yang berjualan. Entah kenapa tempat ini dinamai Pelabuhan Biru D terdapat bebatuan besar yang tersebar di pinggir waduk dan ada lapangan rumput yang luas. Sayangnya banyak enceng gondok yang tersebar dan menutupi permukaan air waduk. Saat ke sana ada alat berat yang sedang membersihkan enceng gondoknya, karena memang tanaman ini tergolong hama. Tempat ini sepertinya sering dijadikan lokasi camping, terlihat dari bekas arang dan kayu bakar di sekitar bebatuan. Sayangnya masih ada jejak vandalisme dengan coretan tidak senonoh di sebuah batu besar. Puas mengambil beberapa foto, penulis berjalan kaki menuju Dermaga Serpis yang jaraknya sekitar satu kilo dari Pelabuhan Biru. Sebetulnya saat jalan kaki ada angkot yang lewat tapi nanggung juga karena jaraknya sudah dekat. Setibanya di gapura dermaga serpis, penulis melihat angkot nomor 11 yang sedang ngetem jadi tidak perlu khawatir kalau mau kembali ke kota. Penulis memasuki kawasan dermaga dan terdapat kantor pos pengawasan Dinas Perhubungan. Di plang nama kantornya yang tertulis "Servis" bukan "Serpis" seperti yang tertulis di gapura. Entah mana tulisan yang benar. Ada tempat parkir kendaraan yang luas dan penulis kaget ada banyak mobil berplat Jakarta dan Bandung yang sedang terparkir di sini. Berjalan jauh lagi ke ujung dermaga penulis melihat banyak perahu warga yang sedang bersandar, satu-dua lalu lalang mengantar penumpang yang ingin ke kerambah. Gunung BongkokPenulis bergerak ke arah gundukan bukit kecil karena dari posisi ini nampak jelas aktivitas di area waduk. Waduk Jatiluhur merupakan spot mancing favorit, mobil yang tadi terparkir pemiliknya sedang mancing di waduk. Kebanyakan mereka menyewa perahu untuk memancing, bermalam di sana dan baru kembali keesokan harinya. "Teteh mau nyeberang ke mana teh, berapa teh ongkosnya?" penulis bertanya ke seorang perempuan yang membawa kardus berisikan barang-barang warung seperti aqua dan indomie. "15 ribu aa', mau ke kerambah. Mau ikut gak? di sana pemandangannya bagus" jawab teteh."Gak dulu teh, saya mau lihat sekitaran sini aja" jawab khawatir ketinggalan kereta kalau ikut. Lagian masih mau nyobain sate maranggi di dekat alun-alun Purwakarta. Oh ya sekilas mengenai Waduk Jatiluhur, waduk terbesar di Indonesia ini dibangun pada era Presiden Soekarno tahun 1957. Berapa luas waduk Jatiluhur? kurang lebih 83 kilometer persegi. Kalau kalian mau lihat view waduk ini dari atas, cobalah mendaki Gunung Lembu atau Gunung Bongkok. Suasana sunrise dan sunset di Waduk Jatiluhur juga mengagumkan tapi harus menginap sih tidak bisa "balik hari".Pukul 12 Siang, matahari tepat berada di atas kepala. Penulis beranjak keluar dari dermaga, menuju angkot nomor 11 yang sedang ngetem. "Mau balik ke kota ya aa'?. saya ngabisin rokok sebatang dulu ya" ujar pak sopir. Dengan cara yang sama, penulis kembali naik angkot nomor 11 menuju simpangan terminal Ciganea dan lanjut naik angkot nomor 03. Bedanya penulis tidak turun di stasiun purwakarta melainkan turun di Taman Air Mancur Sri Baduga. Di tempat ini dulunya terdapat pertunjukan air mancur menari pada malam minggu. Namun tidak pernah diadakan lagi semenjak pandemi, pagarnya pun ditutup dan dijaga oleh petugas. Penulis meminta izin sebentar untuk masuk dan syukurlah diperbolehkan untuk memfoto patung Prabu Kian Santang. Setelah itu Penulis berjalan kaki menuju warung sate maranggi Maskar Ajib yang terletak di dekat alun-alun. Menjajal rasa sate maranggi adalah menu wajib jika datang ke Purwakarta . Perut kenyang, timbullah rasa malas berjalan kaki jadinya berangkat stasiun menggunakan gojek. Suasana stasiun lebih ramai dibanding tadi pagi, sebab ada dua kereta yang jadwalnya berdekatan yaitu KA Walahar ekspres menuju Cikarang dan KA Cibatuan menuju Bandung. Tempat duduk lebih banyak terisi ketika pulang ke Cikarang, sebelah penulis seorang mahasiswa sebuah universitas di Bandung. "Naik kereta lokal lebih murah bang, 12 ribu udah nyampe Bandung" tiba di Cikarang sekitar pukul tujuh malam dan melanjutkan perjalanan dengan KRL menuju stasiun Jatinegara. Perjalanan yang seru, short escape satu hari PP Jakarta-Purwakarta. Selamat mencoba Pengeluaran backpackeran ke Waduk Jatiluhur KRL Jatinegara - Cikarang = Rp PPKereta Walahar Ekspress Cikarang - Purwakarta = Rp PPAngkot 03 dari stasiun purwakarta ke terminal ciganea = Rp PPAngkot 011 dari terminal ciganea ke waduk jatiluhur = Rp PPSate Maranggi = Rp ke stasiun = Rp
- Waduk Jatiluhur terletak di 9 km dari Kota Purwakarta. Waduk Jatiluhur dibangun dengan membendung Sungai Citarum dengan luas daerah aliran sungai, yaitu km mulai dibangun pada 1957 dengan peletakkan batu pertama oleh Presiden Soekarno dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 26 Agustus 1967. Pembangunan Waduk Jatiluhur menelan biaya US$ 230 juta. Nama bendungan waduk dinamakan Ir. H. Juanda dikarekan perjuangan beliau dalam pembiayaan pelaksana konstruksi Bendungan Jatiluhur. Saat itu, Ir Juanda merupakan Perdana Menteri terakhir dan memimpin Kabinet Karya 1957-1959 bersama-sama dengan Ir. Sedijatmo dengan gigih memeperjuangkan terwujudnya proyek Jatiluhur di Pemerintah Indonesia dan forum Internasional. Pembangunan Waduk Jatiluhur menenggelamkan 14 desa dengan jumlah penduduk orang. Baca juga Pembudidaya Ikan Terjebak Eceng Gondok di Waduk Jatiluhur, Hasil Panen Tak Bisa Dijual Akibatnya, penduduk itu pindah ke daerah sekitar bandungan dan sebagian pindah ke Kabupaten Karawang. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani. Waduk Jatiluhur berfungsi dalam penyediaan air irigasi dan PLTA yang setiap tahunnya dikelola oleh Perum Jasa Tirta Waduk Jatiluhur ini terpasang 6 turbin dengan daya 187 MW dengan produksi listrik sekitar kwh setiap harinya. Selain itu, Waduk Jatiluhur mengairi irigasi dengan luas ha, serta difungsikan juga untuk penyediaan air baku, budidaya, dan penanggulangan banjir. Waduk Jatiluhur sebagai Obyek Wisata Waduk pertama di Indonesia ini memiliki panorama danau dengan luas ha. waduk ini memiliki berbagai fasilitas rekreasi, seperti hotel dan bungalow, bar dan restoran, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang, ruang pertemuan, sarana rekreasi serta olahraga air, playground, dan fasilitas lainnya. Baca juga Ridwan Kamil Akan Bangun Masjid dan Hotel Terapung di Waduk Jatiluhur Di Waduk Jatiluhur juga terdapat budidaya ikan keramba jaring apung yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau malam, pengunjung dapat menikmati keheningan sambil memancing ikan dan menikmati ikan bakar. Di kawasan ini, pengunjung juga dapat melihat Stasiun Satelit Bumi yang dikelola PT Indosat sebagai alat komunikasi Internasional. Jenis layanan yang disediakan, antara lain international toll free service ITFS, Indosat Calling Card ICC, International direct, dan lainnya. Letak Stasiun Satelit Bumi berada 7 km dari Kota Purwakarta. Tarif masuk Waduk Jatiluhur Rp per orang, tarif parkir Rp untuk sepeda motor, dan Rp untuk mobil. Tarif sewa perahu keliling adalah Rp per putaran. Anggara Wikan Prasetya Sumber dan Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Solo Traveling ke Purwakarta dengan Kereta Api Lokal Waduk Jatiluhur menjadi tujuan pelarian singkat sabtu lalu. Penulis tertarik mengunjungi waduk ini setelah membaca Novel Negeri Para Bedebah yang mempunyai latar tempat salah satunya di Waduk Jatiluhur. Ya namanya juga cerita fiksi tentunya tidak betulan ada rumah keluarga Thomas di Waduk Jatiluhur, pun andai di sana ada yang namanya Thomas bukanlah Thomas penasihat keuangan yang berupaya menyelamatkan bank semesta dengan negosiasi dana talangan dari kementerian. Fiksi tetaplah fiksi, meski seseru apapun ceritanya. Ulasan singkat Tere mengenai Waduk Jatiluhur membuat penulis tertarik mendatangi waduk ini. Lokasinya terletak di Kabupaten Purwakarta-Jawa Barat, jika diilihat di google maps jaraknya sekitar 100 km dari Jakarta dengan waktu tempuh sekitar tiga jam dengan berkendara motor. Karena motor penulis tidak terlalu mumpuni untuk jalan jarak jauh, jadilah penulis mencari alternatif lain yaitu menuju Kota Purwakarta terlebih dahulu dengan kereta api lalu dilanjutkan dengan menumpang angkot. Berangkat sama siapa ke sana? Sendirian saja atau solo traveling ke waduk Jatiluhur. Tiket KA Lokal Walahar Ekspresssetting pencarian tiketThanks to atas ulasan yang informatif mengenai pengalamannya menggunakan KA Lokal ke Bandung. Penulis pun mencoba memesan melalui aplikasi KAI Akses namun hasilnya "jadwal tidak ditemukan" , rupanya kita harus mengubah pengaturan pencarian dari KA Antar Kota ke KA Lokal terlebih dahulu. jadwal bisa berubah, cek kai aksesNama kereta api yang penulis gunakan adalah Walahar Ekspress dengan rute Cikarang menuju Purwakarta. Ada banyak pilihan jam keberangkatannya dari yang paling awal pada pukul 545 dan yang terakhir pukul 1845. Karena mempertimbangkan waktu untuk menuju Cikarang sekitar satu jam, Penulis mengambil keberangkatan kedua pada pukul tujuh pagi. Lalu untuk tiket pulang dari Purwakarta ke Cikarang, Penulis memilih untuk mengambil jam keberangkatan terakhir pada pukul 1745 WIB. Untuk pembayaran terdapat dua metode yaitu QRIS atau linkaja. Penulis sendiri menggunakan linkaja dengan biaya Rp PP. Bukannya justru PR lagi ya ke stasiun Cikarang? bagi penulis tidak terlalu masalah karena letak kos dekat dengan stasiun Jatinegara jadi bisa pakai krl pukul 530 WIB menuju Cikarang dan tiba pada pukul 620 WIB. Masih aman dan tidak perlu khawatir ketinggalan kereta ke Purwakarta. Bagi sobat yang ingin mencoba silahkan survei dulu jadwal KRL dan KA lokalnya, sandingkan dan estimasikan sendiri waktunya. Semua jadwalnya ada di KAI Akses, lengkap !. Lalu bagaimana syarat berpergiannya apakah harus menyertakan hasil tes antigen ketika masuk ke dalam kereta? Yang penulis alami sendiri tidak ada syarat tersebut dan tidak diminta saat melakukan boarding, tidak seperti KA antar Kota pada umumnya. Namun tentunya kita harus tetap memperhatikan kesehatan masing-masing, kalau kondisi kurang fit janganlah memaksakan untuk pergi. Jangan lupa juga memakai masker dan membawa hand perjalanan ke PurwakartaTidak banyak perlengkapan yang penulis bawa saat traveling ke Purwakarta sabtu lalu. Tas backpack 15 liter yang penulis gunakan hanya berisi satu lembar baju cadangan, kamera, satu buku, cover bag, dan payung musim hujan, sedia payung wkwk. Penulis berjalan kaki sekitar 1 kilometer dari kos menuju Stasiun Jatinegara pukul lima pagi. Jalanan masih sepi dan angkot belum ada yang melintas sepagi stasiun jatinegaraKRL yang ditunggu datang tepat waktu, tempat duduk nampak lengang hanya sedikit yang terisi. Situasi yang berbanding terbalik saat hari kerja yang penuh sesak. Penulis tiba di stasiun Cikarang pukul 620 dan harus tap out dulu dari peron kedatangan penumpang KRL. Setelah itu penulis mengikuti papan penunjuk arah menuju tempat boarding KA lokal. Tidak perlu cetak-cetak lagi, tinggal tunjukan saja e-ticket yang sudah mempunyai barcode. stasiun cikarang meja pengecekan tiket KA LokalPenulis langsung memasuki kereta dan mencari tempat duduk 13E yang penulis pilih saat memesan tiket. Rupanya tempat duduk yang dipilih menghadap ke belakang bukan menghadap ke moncong kereta. Bukan masalah besar sih, tapi lebih nyaman aja kalau duduknya se arah dengan arah lajunya kereta. Syukurlah penumpangnya sepi saat itu, penulis bisa duduk di kursi nomor 14 dan bisa selonjoran hehehe. Komposisi tempat duduk kereta 2-3 hadap-hadapan sama seperti kereta api kelas ekonomi pada umumnya. Ada dua colokan untuk ngecas dan WCnya bersih loh. Lama perjalanan sekitar 1,5 jam saja dan kereta api ini akan berhenti di tiap stasiun kecil. Penulis tidak menghitung sudah berapa kali keretanya berhenti saking ada pagarnyaSekitar pukul kereta api Walahar Ekspress tiba di Stasiun Purwakarta. Bangkai kereta yang bertumpuk menjadi pemandangan yang familiar di stasiun ini. Penulis langsung keluar stasiun dan celingukan mencari angkot nomor 03 menuju terminal Ciganea. Bersambung dan silahkan baca lanjutannya di Solo Traveling ke Waduk Jatiluhur.
Bandung - Purwakarta yang tenar dengan sate maranggi tersebut sebetulnya menyimpan banyak wisata menarik yang dapat dikunjungi. Terletak tidak terlalu jauh dari Kota Bandung, Purwakarta dapat menjadi salah satu alternatif bagi warga Bandung yang ingin berwisata di akhir menggunakan mobil, perjalanan ke Purwakarta melalui tol hanya memakan waktu sekitar satu jam setengah. Melakukan touring singkat dengan motor menuju Purwakarta pun tidak butuh waktu lama, cukup 2 jam perjalanan saja. Berikut daftar tempat wisata yang dapat Anda kunjungi ketika bermain ke Waduk JatiluhurHarga Tiket Masuk hari kerja dan akhir pekanAlamat Jatimekar, Kec. Jatiluhur, Kabupaten PurwakartaJam Operasional WIB Siapa yang tidak mengenal Waduk Jatiluhur? Salah satu ikon Purwakarta ini menjadi daya tarik utama karena beragam aktivitas yang dapat dilakukan disini. Berolahraga, bersantai, dan berfoto ria menjadi aktivitas yang paling sering dilakukan oleh pengunjung Waduk berkunjung ke Waduk Jatiluhur, dari Stasiun Purwakarta, gunakan angkutan kota angkot 04 tujuan Ciganea untuk turun di pertigaan sebelum pertigaan Ciganea. Setelah itu Anda perlu lanjut naik angkot 11 tujuan Waduk Parang GombongHarga Tiket Masuk GratisAlamat Desa Kutamanah, Kec. Sukasari, Kabupaten PurwakartaJam Operasional 24 jamMenjadi salah satu lokasi wisata yang menawarkan lahan kemah, Parang Gombong menawarkan berbagai keindahan alam seperti Waduk Parang Gombong, perbukitan, dan matahari terbit dan terbenam. Selain itu, Parang Gombong juga menyajikan wahana permainan untuk berkunjung ke Parang Gombong, dari pintu tol Ciganea, gunakan angkot jurusan Plered untuk transit di Pasar Plered. Kemudian, Anda dapat melanjutkan perjalanan menggunakan angkot jurusan Cilalawi untuk turun di Pasar Warung Panjang. Setelah itu, gunakan ojek ke Gunung Cikao ParkHarga Tiket Masuk Desa Cisalada, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten PurwakartaJam Operasional WIBLokasi wisata yang juga memiliki unsur edukasi ini tentu menarik untuk dikunjungi bersama keluarga. Di dalam Cikao Park, pengunjung dapat bermain di water park, taman satwa, taman lampion, dan rumah ilusi. Untuk masuk ke berbagai tempat tersebut, manajemen Cikao Park memberikan biaya tambahan sebesar hingga Taman BatuHarga Tiket Masuk Kampung Lembang, Desa Cipeundeuy, Kecamatan Bojong, Kabupaten PurwakartaJam Operasional WIBMata air pegunungan yang mengalir menuju pemandian air dingin menjadi pesona utama Taman Baru di Purwakarta. Tumpukan batu alami di sekitar kolam pemandian pun mempermanis penampilan pemandian menyuguhkan pemandian air dingin, Taman Batu juga menyediakan penginapan dalam dua tipe. Tipe pertama berupa saung dengan satu kamar, dipatok di harga per malam. Tipe kedua berupa rumah dengan dua kamar, dipatok dengan harga per Bukit PanenjoanHarga Tiket Masuk Kampung Cinangka, Desa Sindang Panon, PurwakartaJam Operasional WIBTidak dapat dimungkiri, keindahan spot foto alam di Bukit Panenjoan sangat memikat minat para pemburu foto. Pemandangan kebun teh yang sangat luas, pemandangan pegunungan, dan pepohonan hijau terlihat sangat indah dari Bukit Panenjoan. Beberapa gardu pandang pun dipasang oleh pengelola untuk memudahkan wisatawan berfoto wisata yang resmi dibuka pada 2016 ini juga menyediakan jembatan bambu berbentuk melingkar yang panjangnya mencapai ratusan meter. Pengunjung dapat menjelajahi jembatan bambu ini sembari melayangkan pandangan pada keindahan alam di sekitar Bukit Pasir Langlang PanyawanganHarga Tiket Masuk Desa Pasir Muncang, Kecamatan Kiarapedes, Kabupaten PurwakartaJam Operasional WIBKawasan hutan pinus yang dapat digunakan untuk aktivitas seperti berkemah, bersepeda, atau hiking ini bernama Pasir Langlang Panyawangan. Suguhan cantiknya hutan pinus menjadi daya tarik Pasir Langlang Panyawangan yang juga memiliki objek wisata Curug Pamoyanan Indah dan Goa Tebing BoyerHarga Tiket Masuk Kampung Talun, Desa Tajusindang, Kecamatan Sukatani, PurwakartaJam Operasional 24 jamSalah satu tempat wisata yang hits di Purwakarta, Tebing Boyer disebut sebagai tempat wisata yang anti mainstream. Pada 1957, Tebing Boyer sebetulnya merupakan lokasi penggilingan batu andesit yang merupakan bahan dasar pembangunan Waduk menikmati pemandangan Tebing Boyer, pengunjung perlu melalui trek yang cukup berat sepanjang 2 km. Setelah sampai, pengunjung akan disuguhi sisa-sisa bangunan yang telah runtuh di hadapan pemandangan Gunung LembuHarga Tiket Masuk Kampung Panunggal, Desa Panyindangan, Kecamatan SukataniJam Operasional 24 jamMenjadi tempat wisata yang direkomendasikan bagi pendaki pemula, Gunung Lembu dengan ketinggian 792 meter di atas permukaan laut mdpl ini menyuguhkan pemandangan Waduk Jatiluhur, Gunung Parang, dan Gunung mendaki Gunung Lembu dibutuhkan waktu sekitar dua sampai empat jam. Pengunjung juga dapat mendirikan kemah untuk menginap di Gunung Lembu. Pengunjung yang menginap akan dikenakan tarif yang lebih tinggi, yaitu Bukit KatumbiriHarga Tiket Masuk Bukit Katumbiri, Kecamatan Kiarapedes, Kabupaten Purwakarta,Jam Operasional WIBObjek wisata yang masih tergolong baru ini menyajikan beragam titik foto yang menunjukkan perbukitan dan terasering. Katumbiri sendiri merupakan sebuah kata di bahasa Sunda yang berarti pelangi. Dalam kata lain, Bukit Katumbiri juga dapat diartikan sebagai bukit Hidden Valley HillsHarga Tiket Masuk dewasa dan anak berumur 2-8 tahunAlamat Desa Cibodas, Kecamatan Sukatani, PurwakartaJam Operasional WIBTempat wisata lain yang hits di Purwakarta adalah Hidden Valley Hills. Tujuh pilar atau tugu yang memiliki ceritanya masing-masing menjadi daya tarik utama bagi pengunjung. Ketika mengunjungi wisata ini, pengunjung tidak hanya disuguhkan pesona alam yang sangat indah, tetapi juga berbagai sejarah yang tertulis di tugu tersebut, seperti kisah Prabu ketujuh tugu tersebut, Hidden Valley Hills juga menyediakan kolam renang yang menjadi spot menarik untuk menyaksikan matahari terbenam. Terdapat biaya tambahan untuk berenang, yaitu untuk orang dewasa dan untuk anak berumur 2 sampai 8 tahun. Simak Video "Penampakan Banjir Bandang Terjang Tempat Wisata di Purwakarta" [GambasVideo 20detik]
angkot dari stasiun purwakarta ke waduk jatiluhur